Senin, 25 September 2017

Anak Anak

"Anak-anak adalah penghibur kala kita lelah, pelipur lara kala kita sedih.Semoga Allah jadikan anak-anak kita, anak yang saleh dan salehah...

"Anakku definisikan kebahagiaanmu sendiri tanpa melihat standart bahagia Milik orang lain....

Bahagialah walau dalam versi mu sendiri..
Jangan ambil pusing apa kata orang tentang kebahagiaan..
Sebab mereka sendiri belum tentu sudah benar2 bahagia..
Jika mereka telah merasakannya, maka itu adalah bahagia dalam versinya.. belum tentu cocok bagimu..

Pergilah.. keluarlah.. menarilah.. berpuisilah.. menyanyilah..
Teriaklah atau berdendanglah.. dan jangan perduli jika ada orang yg protes pada kebahagiaanmu..

"Kebahagiaan" Itu milikmu juga..
Bukan milik mereka2 saja..

Tuhan menciptakanmu untuk "BAHAGIA"
Bukan hanya disana nanti
Tapi juga "SEKARANG"
"DISINI...."

"Karna kebahagia itu ketika engkau mau besyukur dalam setiap keadaan dan menjadi dirimu sendiri tanpa harus menjadi orang lain.....

#Ya Allah, tangan kami tak selalu mampu menjaga anak-anak dan Kami yakin, Engkaulah sebaik-baik penjaga ketika kami berjauhan dengan anak-anak...

Selasa, 19 September 2017

SEMUA KARENA CINTA

SEMUA KARENA CINTA

Sucikan dirimu dari dirimu
Dan jadilah debu
Maka rumput akan tumbuh dari debumu itu
Dan,kalau kau jadi kering seperti rumput
Terbakarlah dengan baik.
Karena dari apimu akan bersinar cahaya
Dan, ketika kau menjadi debu kembali karena terbakar
Maka debumu itu adalah obat mujarab

Karena cinta, yang pahit menjadi manis.
Karena cinta, tembaga menjadi emas.
Karena cinta, kerak menjadi murni.
Karena cinta, rasa sakit menjadi obat.
Karena cinta, yang mati hidup kembali.
Karena cinta, raja-raja menjadi budak.
--Jalaluddin Rumi.

CINTA KEPADA ALLAH DIAWALI DENGAN TOBAT & TALQIN

CINTA KEPADA ALLAH DIAWALI DENGAN TOBAT & TALQIN
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengungkapkan pentingnya ber-talqin kepada wali Musryid sebelum melakukan proses lebih lanjut dalam bimbingan ruhani tarekat/tasawuf, sebab menurutnya, Allah SWT telah berfirman, “Dan (Allah) mewajibkan kepada mereka tetap taat menjalankan kalimat takwa.” (QS. Al-Fath [48]: 26), yakni kalimat Lâ Ilâha Illallâh, dengan syarat kalimat tersebut (sebagai talqin) diambil dari orang yang kalbunya bertakwa sempurna dan suci dari segala sesuatu selain Allah.
Bukan sekadar kalimat Lâ Ilâha Illallâh yang diambil dari mulut orang awam. Meski lafadznya satu, tetapi bobotnya berbeda. Bibit Tauhid yang hidup tentu saja diambil dari hati yang hidup, sehingga bibitnya berkualitas. Sedangkan, bibit yang tidak berkualitas tidak akan dapat tumbuh dengan baik. Maka, kalimat tauhid yang diturunkan dalam Al-Qur’an memiliki dua makna.
Pertama, kalimat tauhid, Lâ Ilâha Illallâh yang memiliki makna lahir saja. Sebagaimana, firman Allah SWT,“Apabila dikatakan kepada mereka, Lâ Ilâha Illallâh mereka menyombongkan diri.” (QS. Ash-Shâffât [37]: 35) Kalimat Lâ Ilâha Illallâh yang dimaksud dalam ayat ini merupakan hak bagi orang awam.
Kedua, Allah SWT menurunkan kalimat Lâ Ilâha Illallâh disertai dengan pengetahuan yang hakiki. Allah SWT berfirman, “Ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan mohonlah ampun bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan.” (QS. Muhammad [47]: 19)
Ayat ini menjadi Sababun Nuzul bagi adanya talqin zikir untuk orang-orang khusus yang ingin wushûl kepada Allah. Sebagaimana yang diungkapkan pengarang Kitab “Bustân Asy-Syâri’ah” diterangkan, “Orang yang pertama kali menginginkan jalan terdekat kepada Allah, terunggul, tetapi termudah melalui Nabi SAW ialah Ali bin Abi Thalib RA. Ketika Sayyidina Ali RA meminta, Rasulullah tidak langsung menjawab tetapi menunggu wahyu. Maka, datanglah Jibril dan menalqinkan kalimah Lâ Ilâha Illallâh 3 kali dan Nabi mengucapkannya tiga kali. Selanjutnya, Nabi SAW mendatangi para Sahabat dan Nabi SAW menalqin para Sahabat secara berjamaah.”
Nabi SAW bersabda, “Kita telah kembali dari perang kecil ke perang besar yakni perang melawan hawa nafsu.” (HR. Al-Baihaqi). Rasulullah SAW juga bersabda, “Musuhmu yang paling utama ialah nafsumu yang berada di antara kedua lambungmu.” (HR. Al-Baihaqi)
Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, “Mahabbah (cinta) kepada Allah tidak akan tercapai, kecuali setelah engkau melumpuhkan musuh-musuh-Nya yang ada di dalam wujudmu sendiri.. Seperti halnya, nafsu amarah, lawamah, dan mulhamah, setelah terlumpuhkan maka lantas membersihkan diri dari sifat-sifat bahimiyah (binatang jinak) yang tercela, seperti makan, minum, tidur dan bercanda yang berlebihan.
Juga membersihkan hati dari sifat-sifat sabu’iyyah (binatang buas), seperti marah, mencaci, memukul, memaksa. Juga membersihkan diri dari dari sifat syaitaniyah (sifat-sifat setan), seperti sombong, ujub, hasad, dengki, dendam, dan dari sifat-sifat badan dan hati yang tercela lainnya.
Jika Anda sudah bersih dari sifat-sifat tercela tadi, berarti Anda sudah bersih dari sumber dosa. Maka Anda termasuk orang-orang suci dan ahli tobat. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah [2]: 222)
Adapun orang yang hanya bertobat dari dosa lahiriah saja maka tidak termasuk yang disinggung ayat ini. Meskipun dia bisa juga disebut tâ’ibun (orang yang bertobat), tetapi belum menjadi tawwab (orang-orang yang bertobat dengan sebenar-benarnya). Kata tawwâb dalam bahasa Arab ini menggunakan shigah mubâlaghah atau superlatif yang dimaksud adalah tobatnya orang-orang yang khusus (al-khawwâsh).
Perumpamaan orang yang tobat dari dosa lahiriah saja adalah seperti orang yang memotong rumput tapi di batangnya saja. Dia tidak mau berusaha mencabutnya dari akar. Maka, pasti nantinya akan tumbuh kembali, bahkan lebih lebat dari sebelumnya. Berbeda dengan orang yang bertobat secara sungguh-sungguh dari dosa akhlak-akhlak buruk. Ia seperti orang yang mencabut rumput hingga akar-akarnya. Maka, dapat dipastikan ia tidak akan tumbuh lagi, kalaupun ada itu termasuk kasus yang langka.”
Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, posisi talqin di sini—seperti orang memotong rumput—adalah alat untuk “memotong” segala sesuatu selain Allah SWT dari hati orang yang di-talqin. Seperti yang kita ketahui, orang yang tidak mau “memotong” “pohon pahit” (tidak mau menempuh perjalanan pahit) tidak akan mampu sampai pada tempat “pohon manis”.
Berpikirlah wahai manusia yang memiliki pandangan hati. Semoga engkau berbahagia (dan wushûl kepada Allah).
Allah SWT berfirman, “Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahn-kesalahan.” (QS. Asy-Syûrâ [42]: 25) Allah SWT juga berfirman, “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman, dan beramal saleh maka kesalahan mereka diganti oleh Allah dengan kebaikan.” (QS. Al-Furqân [25]: 70)”
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Sirrul Asrar,

HIKMAH PENGHAPUS DOSA..

Hikmah 
Keuntungan yang diperoleh oleh orang yang menderita adalah gugurnya dosa, tanpa harus taubat dari dosa tersebut.
Dosa itu berguguran hanya dengan menderita, baik penderitaan lahir ataupun batin.
Contoh penderitaan batin: sedih, resah, gelisah, dihina orang, kecewa.
Walaupun penderitaannya hanya seperti itu, dosa-dosa kita berguguran dengan jumlah yang sama dengan kadar penderitaan kita.Makin menderita makin banyak dosa yang gugur.
Darimana kita tahu ???
Berdasarkan hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dan Muslim yang artinya :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Tidaklah menimpa seorang mukmin kelelahan, sakit, keresahan, kesedian dan penderitaan sampai ada duri yang melukai kulitnya, kecuali semua itu Allah mengampuni dosa orang tersebut karena penderitaannya tadi.
Abdullah bin Mas’ud ra berkata :
Aku masuk menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau saat itu sedang mengalami sakita kepala, pusing pening. Lalu aku berkata, ya Rasul kelihatannya engkau sedang sangat-sangat pening, kata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ya aku merasakan pening kepala seperti rasa pening yang dialami dua kali lipat yang biasa engkau alami. Lalu Abdullah bin Mas”ud berkata, kalau begitu engkau (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) mendapatkan dua pahala ya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau menjawab, ya seperti itu, tidaklah seorang muslim ditimpa suatu penyakit atau tertusuk duri bahkan yang lebih kecil daripada itu kecuali dengan hal itu Allah akan mengampuni dosanya dan digugurkan kesalahan-kesalahanya sebagaimana sebatang pohon menggugurkan daun daunnya. Hadist ini diriwayatkan oleh imam Bukhary dan Muslim dengan sanad yang shahih.
Jadi berdasarkan penjelasan hadist tadi maka, setiap penderitaan hidup, kesulitan, kesengsaraan, kemiskinan akan menggugurkan dosa-dosa kita...
Semoga kita mampu bersabar dalam setiap kondisi hidup.. Aamiin
Salam mahabbah💜
Ambarsari Sulistyawati

HIKMAH LUPA ILMU...

HIKMAH...
Dalam sebuah Hadis diterangkan, "HILANGNYA ILMU ITU KARENA SEBAB LUPA", bila dikaji Secara ilmu SYARIAT Kalau kita tidak mengulang-ulang ilmu itu atau tidak menghafalnya kembali maka akan hilang dihati dan pikiran kita yang pada akhirnya kita pun jadi lupa pada ilmu itu.
Dan bila dikaji menurut ilmu HAKIKAT ialah bagi orang yang sudah mengenal-Nya atau makrifat yaitu Hakikat ilmu (Alloh itu sendiri)
Hilangnya Alloh dihati karena sebab lupa, kenapa Alloh??
Karena Alloh bersifat ILMU, ilmu itu artinya TAU, jadi orang yang sudah Tau Alloh, sudah Tau hakikat ilmu yang sebenarnya itulah disebut orang yang sudah MAKRIFAT.
Lalu apa yang menyebabkan orang yang sudah tau Alloh menjadi lupa??
Apa yang menyebabkan hilang dihati??
Karena meninggalkan perintah guru untuk Tawajuh setiap bulannya, dan juga nafsu tidak bisa dikontrol, terlalu banyak keinginan ini itu di dunia, jadi terhijab lagi. penglihatannya..
Jadi Tawajuh itu penting agar selalu ingat dihati agar tidak lupa agar bisa terbayang-bayang terus dihati (Ingat, eling, dzikir hati) kepada-Nya baik dalam keadaan apapun, dalam keadaan susa, senan, sedih tetap mengingat Alloh, serta beramal soleh, dalam keadaan berdiri, rukuk, duduk sujud, dalam keadaan diam atau dalam keadaan terbaring, DZAKARULLOHA KHOIRON KASIRON (Hati banyak eling kepada Alloh).
Tawajuh : Menghadapkan diri dan membulatkan hati kepada Allah..
Semoga bermanfaat #Wassalamualaikum..
Salam Mahabbah💜
Ambarsari Sulistyawati

prabu Siliwangi

PRABU SILIWANGI Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi (Ratu Jayadewata) mengawali pemerintahan zaman Pasundan, yang memerintah selama 39 ...