Seorang murid, bertemu dengan Syaikh yang selama ini dicarinya, untuk membimbingnya menuju kepada Allah dan terjadilah dialog di antara mereka.
- Bolehkah Syaikh menjadi imam dalam hidupku?
- Boleh, jika kau ingin menjadi jenazahnya di depanku.
- Apakah maksud jenazah itu?
- Boleh, jika kau ingin menjadi jenazahnya di depanku.
- Apakah maksud jenazah itu?
- Yaa, kau tak bergerak di depanku saat kubolak-balikkan badanmu. Sebab aku yang lebih memahami dirimu dan kau buta terhadapnya. Namun di zaman ini, banyak orang buta tak tahu diri, sehingga susah dituntun. Akibatnya mereka celaka di perjalanan hidupnya.
- Wahai Syaikh, bagaimana aku mengetahui secara yakin bahwa kau mampu melakukan semua itu?
- Siapa yang meminta bukti, silahkan dia mencari.
- Apakah buktinya?
- Buktinya adalah aku. Tak satu pun pembimbing kehidupan, kecuali kau lihat mereka bagai cermin Nabimu Saw.
- Apakah cermin itu?
- Cermin; takwa, akhlak, ilmu, khusyu, hikmah, dan tutur kata yang baik. Alhasil jika kau melihatnya maka kau melihat Nabimu di dalamnya. Jika kau menemukannya, serahkan dirimu kepadanya seperti jenazah yang diserahkan kepada mereka yang akan memandikan dan menyucikannya. Begitulah para sahabat kepada Nabi.
- Apa yang menjadikanku bisa berbuat demikian terhadap syaikh pembimbingku?
- Prasangka baik dan cara pandang yang positif. Mereka yang berprasangka baik, mendapat pahala dan tak akan menyesal walau ternyata salah.
- Aku takut, sebab beberapa temanku menjadi rusak dan meninggalkan syariat saat berguru dengan seorang syaikh.
- Yaa, sebab mereka tak meneliti dulu, apakah ia bisa cermin Nabi atau tidak. Mereka hanya memandang penampilan atau kehebatan yang tak berhubungan dengan perjalanan mencapai Allah.
Jangan menyimpulkannya sebabgai pembimbingmu karena ia pandai menebakmu, atau berjalan di air atau terbang ke langit. Tapi pembimbingmu adalah mereka yang berisitqamah di dalam syariat Allah. Keisitiqamahan lebih keramat daripada seribu keramat. Di zaman ini, banyak orang mengaku pembimbing, padahal dia harus dibimbing. Mungkinkah orang yang buta menuntun orang buta? Yang terjadi ia akan celaka dan menjadikan orang lain celaka.
- Apakah yang akan kau perbuat kepadaku?
- Kubungkam mulutmu dengan zikir. Kujinakkan syahwatmu dengan puasa. Kutundukkan egomu dengan 'uzlah. Sehingga wadah hatimu siap menerima rahasia Ilahi.
Semoga kita bisa mengambil hikmah pelajaran dari kisah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar