Kamis, 08 Agustus 2024

prabu Siliwangi

PRABU SILIWANGI

Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi (Ratu Jayadewata) mengawali pemerintahan zaman Pasundan, yang memerintah selama 39 tahun (1482-1521). Pada masa inilah Pakuan mencapai puncak perkembangannya.

Dalam prasasti Batutulis diberitakan bahwa Sri Baduga dinobatkan dua kali, yaitu yang pertama ketika Jayadewata menerima tahta Kerajaan Galuh dari ayahnya (Prabu Dewa Niskala) yang kemudian bergelar Prabu Guru Dewapranata. Yang kedua ketika ia menerima tahta Kerajaan Sunda dari mertuanya, Susuktunggal. Dengan peristiwa ini, ia menjadi penguasa Kerajaan Sunda - Kerajaan Galuh dan dinobatkan dengan gelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Jadi, sekali lagi dan untuk terakhir kalinya, setelah "sepi" selama 149 tahun, Jawa Barat kembali menyaksikan iring-iringan rombongan raja yang berpindah tempat dari timur ke barat. Untuk menuliskan situasi kepindahan keluarga kerajaan dapat dilihat pada Pindahnya Ratu Pajajaran.

Di Jawa Barat, Sri Baduga ini lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi. Nama Siliwangi sudah tercatat dalam Kropak 630 sebagai lakon pantun. Naskah itu ditulis tahun 1518 ketika Sri Baduga masih hidup. Lakon Prabu Siliwangi dalam berbagai versinya berintikan kisah tokoh ini menjadi raja di Pakuan. Peristiwa itu dari segi sejarah berarti saat Sri Baduga mempunyai kekuasaan yang sama besarnya dengan Wastu Kancana (kakeknya) alias Prabu Wangi (menurut pandangan para pujangga Sunda). 

Menurut tradisi lama, orang segan atau tidak boleh menyebut gelar raja yang sesungguhnya, maka juru pantun mempopulerkan sebutan Siliwangi. Dengan nama itulah ia dikenal dalam literatur Sunda. Wangsakerta pun mengungkapkan bahwa Siliwangi bukan nama pribadi, ia menulis:

"Kawalya ta wwang Sunda lawan ika wwang Carbon mwang sakweh ira wwang Jawa Kulwan anyebuta Prabhu Siliwangi raja Pajajaran. Dadyeka dudu ngaran swaraga nira".

Indonesia: Hanya orang Sunda dan orang Cirebon serta semua orang Jawa Barat yang menyebut Prabu Siliwangi raja Pajajaran. Jadi nama itu bukan nama pribadinya.

Arti nama Siliwangi

Nama Siliwangi adalah berasal dari kata "Silih" dan "Wewangi", artinya sebagai pengganti Prabu Wangi. Tentang hal itu, Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara II/2 mengungkapkan bahwa orang Sunda menganggap Sri Baduga sebagai pengganti Prabu Wangi, sebagai silih yang telah hilang. Naskahnya berisi sebagai berikut (artinya saja):

"Di medan perang Bubat, ia banyak membinasakan musuhnya karena Prabu Maharaja sangat menguasai ilmu senjata dan mahir berperang, tidak mau negaranya diperintah dan dijajah orang lain.

Ia berani menghadapi pasukan besar Majapahit yang dipimpin oleh sang Patih Gajah Mada yang jumlahnya tidak terhitung. Oleh karena itu, ia bersama semua pengiringnya gugur tidak tersisa.

Ia senantiasa mengharapkan kemakmuran dan kesejahteraan hidup rakyatnya di seluruh bumi Tatar Sunda. Kemasyurannya sampai kepada beberapa negara di pulau-pulau Dwipantara atau Nusantara namanya yang lain. Kemashuran Sang Prabu Maharaja membangkitkan (rasa bangga kepada) keluarga, menteri-menteri kerajaan, angkatan perang dan rakyat Tatar Sunda. Oleh karena itu, nama Prabu Maharaja mewangi. Selanjutnya ia di sebut Prabu Wangi. Dan keturunannya lalu disebut dengan nama Prabu Siliwangi. Demikianlah menurut penuturan orang Sunda". 

Leluhur

Kesenjangan antara pendapat orang Sunda dengan fakta sejarah seperti yang diungkapkan di atas mudah dijajagi. Pangeran Wangsakerta, penanggung jawab penyusunan Sejarah Nusantara, menganggap bahwa tokoh Prabu Wangi adalah Maharaja Linggabuana yang gugur di Bubat, sedangkan penggantinya ("silih"nya) bukan Sri Baduga melainkan Wastu Kancana (kakek Sri Baduga, yang menurut naskah Wastu Kancana disebut juga Prabu Wangisutah).

Orang Sunda tidak memperhatikan perbedaan ini sehingga menganggap Prabu Siliwangi sebagai putera Wastu Kancana (Prabu Anggalarang). Tetapi dalam Carita Parahiyangan disebutkan bahwa Niskala Wastu Kancana itu adalah "seuweu" Prabu Wangi. Mengapa Dewa Niskala (ayah Sri Baduga) dilewat? Ini disebabkan Dewa Niskala hanya menjadi penguasa Galuh. Dalam hubungan ini tokoh Sri Baduga memang penerus "langsung" dari Wastu Kancana. Menurut Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara II/4, ayah dan mertua Sri Baduga (Dewa Niskala dan Susuktunggal) hanya bergelar Prabu, sedangkan Jayadewata bergelar Maharaja (sama seperti kakeknya Wastu Kancana sebagai penguasa Sunda-Galuh).
Dengan demikian, seperti diutarakan Amir Sutaarga (1965), Sri Baduga itu dianggap sebagai "silih" (pengganti) Prabu Wangi Wastu Kancana (oleh Pangeran Wangsakerta disebut Prabu Wangisutah). "Silih" dalam pengertian kekuasaan ini oleh para pujangga babad yang kemudian ditanggapi sebagai pergantian generasi langsung dari ayah kepada anak sehingga Prabu Siliwangi dianggap putera Wastu Kancana.

Masa muda

Waktu mudanya Sri Baduga terkenal sebagai ksatria pemberani dan tangkas, bahkan satu-satunya yang pernah mengalahkan Ratu Japura (Amuk Murugul) waktu bersaing memperbutkan Subang Larang (istri kedua Prabu Siliwangi yang beragama Islam). Dalam berbagai hal, orang sezamannya teringat kepada kebesaran mendiang buyutnya (Prabu Maharaja Lingga Buana) yang gugur di Bubat yang digelari Prabu Wangi.

Kebijakan dalam kehidupan sosial

Tindakan pertama yang diambil oleh Sri Baduga setelah resmi dinobatkan jadi raja adalah menunaikan amanat dari kakeknya (Wastu Kancana) yang disampaikan melalui ayahnya (Ningrat Kancana) ketika ia masih menjadi mangkubumi di Kawali. Isi pesan ini bisa ditemukan pada salah satu prasasti peninggalan Sri Baduga di Kebantenan. Isinya sebagai berikut (artinya saja):

Semoga selamat. Ini tanda peringatan bagi Rahyang Niskala Wastu Kancana. Turun kepada Rahyang Ningrat Kancana, maka selanjutnya kepada Susuhunan sekarang di Pakuan Pajajaran. Harus menitipkan ibukota di Jayagiri dan ibukota di Sunda Sembawa.

Semoga ada yang mengurusnya. Jangan memberatkannya dengan "dasa", "calagra", "kapas timbang", dan "pare dongdang".

Maka diperintahkan kepada para petugas muara agar jangan memungut bea. Karena merekalah yang selalu berbakti dan membaktikan diri kepada ajaran-ajaran. Merekalah yang tegas mengamalkan peraturan dewa.

Dengan tegas di sini disebut "dayeuhan" (ibukota) di Jayagiri dan Sunda Sembawa. Penduduk kedua dayeuh ini dibebaskan dari 4 macam pajak, yaitu "dasa" (pajak tenaga perorangan), "calagra" (pajak tenaga kolektif), "kapas timbang" (kapas 10 pikul) dan "pare dondang" (padi 1 gotongan). Dalam kropak 630, urutan pajak tersebut adalah dasa, calagra, "upeti", "panggeureus reuma".

Dalam koropak 406 disebutkan bahwa dari daerah Kandang Wesi (sekarang Bungbulang, Garut) harus membawa "kapas sapuluh carangka" (10 carangka = 10 pikul = 1 timbang atau menurut Coolsma, 1 caeng timbang) sebagai upeti ke Pakuan tiap tahun. Kapas termasuk upeti. Jadi tidak dikenakan kepada rakyat secara perorangan, melainkan kepada penguasa setempat.

"Pare dondang" disebut "panggeres reuma". Panggeres adalah hasil lebih atau hasil cuma-cuma tanpa usaha. Reuma adalah bekas ladang. Jadi, padi yang tumbuh terlambat (turiang) di bekas ladang setelah dipanen dan kemudian ditinggalkan karena petani membuka ladang baru, menjadi hak raja atau penguasa setempat (tohaan). Dongdang adalah alat pikul seperti "tempat tidur" persegi empat yang diberi tali atau tangkai berlubang untuk memasukan pikulan. Dondang harus selalu digotong. Karena bertali atau bertangkai, waktu digotong selalu berayun sehingga disebut "dondang" (berayun). Dondang pun khusus dipakai untuk membawa barang antaran pada selamatan atau arak-arakan. Oleh karena itu, "pare dongdang" atau "penggeres reuma" ini lebih bersifat barang antaran.

Pajak yang benar-benar hanyalah pajak tenaga dalam bentuk "dasa" dan "calagra" (Di Majapahit disebut "walaghara = pasukan kerja bakti). Tugas-tugas yang harus dilaksanakan untuk kepentingan raja diantaranya : menangkap ikan, berburu, memelihara saluran air (ngikis), bekerja di ladang atau di "serang ageung" (ladang kerajaan yang hasil padinya di peruntukkan bagi upacara resmi).

Dalam kropak 630 disebutkan "wwang tani bakti di wado" (petani tunduk kepada wado). Wado atau wadwa ialah prajurit kerajaan yang memimpin calagara. Sistem dasa dan calagara ini terus berlanjut setelah zaman kerajaan. Belanda yang di negaranya tidak mengenal sistem semacam ini memanfaatkanna untuk "rodi". Bentuk dasa diubah menjadi "Heerendiensten" (bekerja di tanah milik penguasa atau pembesar). Calagara diubah menjadi "Algemeenediensten" (dinas umum) atau "Campongdiesnten" (dinas Kampung) yang menyangkut kepentingan umum, seperti pemeliharaan saluran air, jalan, rumah jada dan keamanan. Jenis pertama dilakukan tanpa imbalan apa-apa, sedangkan jenis kedua dilakuan dengan imbalan dan makan. "Preangerstelsel" dan "Cultuurstelsel" yang keduanya berupa sistem tanam paksa memanfaatkan tradisi pajak tenaga ini.

Dalam akhir abad ke-19 bentuknya berubah menjadi "lakon gawe" dan berlaku untuk tingkat desa. Karena bersifat pajak, ada sangsi untuk mereka yang melalaikannya. Dari sinilah orang Sunda mempunyai peribahasa "puraga tamba kadengda" (bekerja sekedar untuk menghindari hukuman atau dendaan). Bentuk dasa pada dasarnya tetap berlangsung. Di desa ada kewajiban "gebagan" yaitu bekerja di sawah bengkok dan di tingkat kabupaten bekerja untuk menggarap tanah para pembesar setempat.

Jadi "gotong royong tradisional berupa bekerja untuk kepentingan umum atas perintah kepala desa", menurut sejarahnya bukanlah gotong royong. Memang tradisional, tetapi ide dasarnya adalah pajak dalam bentuk tenaga. Dalam Pustaka Jawadwipa disebut karyabhakti dan sudah dikenal pada masa Tarumanagara dalam abad ke-5.

Piagam-piagam Sri Baduga lainnya berupa "piteket" karena langsung merupakan perintahnya. Isinya tidak hanya pembebasan pajak tetapi juga penetapan batas-batas "kabuyutan" di Sunda Sembawa dan Gunung Samaya yang dinyatakan sebagai "lurah kwikuan" yang disebut juga desa perdikan, desa bebas pajak.

Peristiwa-peristiwa pada masa pemerintahannya

Beberapa peristiwa menurut sumber-sumber sejarah:

Carita Parahiyangan
Dalam sumber sejarah ini, pemerintahan Sri Baduga dilukiskan demikian :

"Purbatisi purbajati, mana mo kadatangan ku musuh ganal musuh alit. Suka kreta tang lor kidul kulon wetan kena kreta rasa. Tan kreta ja lakibi dina urang reya, ja loba di sanghiyang siksa".

(Ajaran dari leluhur dijunjung tinggi sehingga tidak akan kedatangan musuh, baik berupa laskar maupun penyakit batin. Senang sejahtera di utara, barat dan timur. Yang tidak merasa sejahtera hanyalah rumah tangga orang banyak yang serakah akan ajaran agama).

Dari Naskah ini dapat diketahui, bahwa pada saat itu telah banyak Rakyat Pajajaran yang beralih agama (Islam) dengan meninggalkan agama lama.

Pustaka Nagara Kretabhumi parwa I sarga 2.
Naskah ini menceritakan, bahwa pada tanggal 12 bagian terang bulan Caitra tahun 1404 Saka, Syarif Hidayat atau lebih dikenal Sunan Gunung Jati menghentikan pengiriman upeti yang seharusnya di bawa setiap tahun ke Pakuan Pajajaran. Syarif Hidayat masih cucu Sri Baduga dari Rara Santang. Ia dijadikan raja oleh uanya (Pangeran Cakrabuana) dan menjadi raja merdeka terlepas dari Pajajaran di Tatar Pasundan (Jawa Barat dan Banten).

Ketika itu Sri Baduga baru saja menempati Istana Sang Bhima (sebelumnya di Surawisesa). Kemudian diberitakan, bahwa pasukan Angkatan Laut Demak yang kuat berada di Pelabuhan Cirebon untuk menjaga kemungkinan datangnya serangan Pajajaran.

Tumenggung Jagabaya beserta 60 anggota pasukannya yang dikirimkan dari Pakuan ke Cirebon, tidak mengetahui kehadiran pasukan Demak di sana. Jagabaya tak berdaya menghadapi pasukan gabungan Cirebon-Demak yang jumlahnya sangat besar. Setelah berunding, akhirnya Jagabaya menyerahkan diri dan masuk Islam.

Peristiwa itu membangkitkan kemarahan Sri Baduga. Pasukan besar segera disiapkan untuk menyerang Cirebon. Akan tetapi pengiriman pasukan itu dapat dicegah oleh Purohita (pendeta tertinggi) keraton Ki Purwa Galih. Cirebon adalah daerah warisan Cakrabuana (Walangsungsang) dari mertuanya (Ki Danusela) dan daerah sekitarnya diwarisi dari kakeknya Ki Gedeng Tapa (Ayah Subanglarang santri Syekh Quro).

Cakrabuana sendiri dinobatkan oleh Sri Baduga (sebelum menjadi Susuhunan) sebagai penguasa Cirebon dengan gelar Sri Mangana. Karena Syarif Hidayat dinobatkan oleh Cakrabuana dan juga masih cucu Sri Baduga, maka alasan pembatalan penyerangan itu bisa diterima oleh penguasa Pajajaran.

Demikianlah situasi yang dihadapi Sri Baduga pada awal masa pemerintahannya. Dapat dimaklumi kenapa ia mencurahkan perhatian kepada pembinaan agama, pembuatan parit pertahanan, memperkuat angkatan perang, membuat jalan dan menyusun Pagelaran (formasi tempur) karena Pajajaran adalah negara yang kuat di darat, tetapi lemah di laut.

Menurut sumber Portugis, di seluruh kerajaan, Pajajaran memiliki kira-kira 100.000 prajurit. Raja sendiri memiliki pasukan gajah sebanyak 40 ekor. Di laut, Pajajaran hanya memiliki enam buah Kapal Jung 150 ton dan beberapa lankaras (?) untuk kepentingan perdagangan antar-pulaunya (saat itu perdagangan kuda jenis Pariaman mencapai 4000 ekor/tahun).

Keadaan makin tegang ketika hubungan Demak-Cirebon makin dikukuhkan dengan perkawinan putera-puteri dari kedua belah pihak. Ada empat pasangan yang dijodohkan, yaitu:

    Pangeran Hasanudin dengan Ratu Ayu Kirana (Purnamasidi).
    Ratu Ayu dengan Pangeran Sabrang Lor.
    Pangeran Jayakelana dengan Ratu Pembayun.
    Pangeran Bratakelana dengan Ratu Ayu Wulan (Ratu Nyawa).

Perkawinan Pangeran Sabrang Lor alias Yunus Abdul Kadir dengan Ratu Ayu terjadi 1511. Sebagai Senapati Sarjawala, panglima angkatan laut, Kerajaan Demak, Sabrang Lor untuk sementara berada di Cirebon.

Persekutuan Cirebon-Demak inilah yang sangat mencemaskan Sri Baduga di Pakuan. Tahun 1512, ia mengutus putera mahkota Surawisesa menghubungi Panglima Imperium Portugis Afonso de Albuquerque di Malaka yang ketika itu baru saja gagal merebut Pelabuhan Pasai milik Kesultanan Samudera Pasai. Sebaliknya upaya Pajajaran ini telah pula meresahkan pihak Demak.

Pangeran Cakrabuana dan Susuhunan Jati (Syarif Hidayat) tetap menghormati Sri Baduga karena masing-masing sebagai ayah dan kakek. Oleh karena itu permusuhan antara Pajajaran dengan Cirebon tidak berkembang ke arah ketegangan yang melumpuhkan sektor-sektor pemerintahan. Sri Baduga hanya tidak senang hubungan Cirebon-Demak yang terlalu akrab, bukan terhadap Kerajaan Cirebon. Terhadap Islam, ia sendiri tidak membencinya karena salah seorang permaisurinya, Subanglarang, adalah seorang muslimah dan ketiga anaknya -- Walangsungsang alias Cakrabuana, Rara Santang, dan Raja Sangara -- diizinkan sejak kecil mengikuti agama ibunya (Islam).

Karena permusuhan tidak berlanjut ke arah pertumpahan darah, maka masing-masing pihak dapat mengembangkan keadaan dalam negerinya. Demikianlah pemerintahan Sri Baduga dilukiskan sebagai zaman kesejahteraan (Carita Parahiyangan). Tome Pires ikut mencatat kemajuan zaman Sri Baduga dengan komentar "The Kingdom of Sunda is justly governed; they are honest men" (Kerajaan Sunda diperintah dengan adil; mereka adalah orang-orang jujur).

Juga diberitakan kegiatan perdagangan Sunda dengan Malaka sampai ke kepulauan Maladewa (Maladiven). Jumlah merica bisa mencapai 1000 bahar (1 bahar = 3 pikul) setahun, bahkan hasil tammarin (asem) dikatakannya cukup untuk mengisi muatan 1000 kapal.

Naskah Kitab Waruga Jagat dari Sumedang dan Pancakaki Masalah Karuhun Kabeh dari Ciamis yang ditulis dalam abad ke-18 dalam bahasa Jawa dan huruf Arab Pegon masih menyebut masa pemerintahan Sri Baduga ini dengan masa Gemuh Pakuan (kemakmuran Pakuan) sehingga tak mengherankan bila hanya Sri Baduga yang kemudian diabadikan kebesarannya oleh raja penggantinya dalam zaman Pajajaran.

Sri Baduga Maharaja alias Prabu Siliwangi dalam Prasasti Tembaga Kebantenan disebut Susuhunan di Pakuan Pajajaran, memerintah selama 39 tahun (1482 - 1521). Ia disebut secara anumerta Sang Lumahing (Sang Mokteng) Rancamaya karena ia dipusarakan di Rancamaya.

Kultus Prabu Siliwangi

Sunda Wiwitan
Dalam kepercayaan tradisional Sunda Wiwitan, tokoh Prabu Siliwangi dihormati sebagai gambaran pemimpin ideal masyarakat Sunda. Ia dihormati dan diakui sebagai karuhun atau leluhur para menak atau bangsawan Sunda.

Hindu Dharma
Dalam kompleks Pura Parahyangan Agung Jagatkarta, di lereng utara Gunung Salak, terdapat sebuah candi yang dibangun untuk memuliakan tokoh Sunda, Prabu Siliwangi. Pura ini terletak di Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Konghucu
Prabu Siliwangi dipuja dan memiliki altar tersendiri pada Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa, Simpenan, Sukabumi.

Uga Wangsit Siliwangi
Prabu Siliwangi memberikan petuah kepada keturunannya dalam bentuk wangsit yang disebut Uga Wangsit Siliwangi

Keterangan Foto: aksara pallawa pahatan abad 19

https://www.facebook.com/share/p/hxyHsmXUsv6czJZ5/?mibextid=xfxF2i

Sabtu, 03 Agustus 2024

Rahasia

Bismillahirrahmanirrahim..
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..

#Kenali Batin Manusia, Karena Merupakan Rahasia Diri Manusia.
Kenali Batin Manusia, Karena Merupakan Rahasia Diri Manusia.

MANUSIA/INSAN
BATIN MANUSIA YANG MERUPAKAN RAHASIA DIRI MANUSIA…

Selain kehidupan lahir, manusia juga terus berproses dengan batinnya, adakalanya manusia mengalami konflik dengan batinnya, tidak sedikit juga yang mendapatkan ketenangan batin melalui upaya-upaya spiritual tertentu.

Agar bisa mendapatkan ketenangan serta memperoleh batin kenyamanan, manusia harus BERIMAN dengan BENAR kepada ALLAH SWT.

Beriman kepada ALLAH SWT, terlebih dahulu harus bertaubat dengan Taubat Nasuha. setelah itu barulah manusia memiliki potensi untuk dapat MEMAHAMI batin manusia dengan benar.

Hal itu harus dilakukan untuk mengurangi potensi gangguan dari diri yang masih TERHIIJAB oleh SIFAT JAHAT/SYAITAN.

 

Berikut, PAHAMI tentang, apa itu SHALAWAT ROH, Kami mohon izin Ridho dan Rahmad Allah, mohon sampaikan kami kepada Ibu Ruh Kami…., AHMAD…

 

Alllahhumma Ya AHAD, Salliala AHMAD
Alllahhumma Ya AHAD, Salliala MUHAMMAD
Alllahhumma Ya AHAD, Salliala AL MAHDI
Khalifatika Ya ALLAH Ya AHAD
Kami memohon, izinkan kami kembali pada umul Roh kami…. AHMAD

 

Berikut, Pahami tentang, bait HAIKAL MAARIF

AHAD ZATULLAH,
AHMAD RUHULLAH,
MUHAMMAD HABIBULLAH,
AL MAHDI KHALIFATULLAH
 

AHMAD ditiupkan dari RUHULLAH, kemudian AHMAD memancarkan NUR/CAHAYA, disebut NUR MUHAMMAD, NUR MUHAMMAD kemudian memecah 4 unsur cahaya, menjadi Ruh para sahabat nabi, memancar 25 menjadi Rasul, dan memancar 5 menjadi Ulul Azmi. Menjadi 313 menjadi Ruh para Nabi, berikut memancar keringat dari Nur Muhammad  124.000 menjadi Ruh para Wali Allah/Ulama (Waliatul Ambya). bukan semua ulama, tapi hanya ulama yang BERTAQWA hanya kepada Allah, semoga Roh kita adalah bahagian dari Roh para Aulia Allah.

Nur Muhammad terpecah menjadi unsur Air, Api, Angin dan Tanah yang merupakan pembentuk tubuh kasar/Basariah Manusia.

Sehingga….. Angka 124.000, 313, 25, 5 dan 1 memiliki arti yang sangat istimewa bagi orang yang mengkaji ilmu Hakikat..

 

Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW dan keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umat islam yang mengikuti sunnahnya.

 

Atas pertolongan Allah SWT, kita berpotensi lebih paham dengan mengenal ilmu tentang MARTABAT TUJUH ALAM.

Dengan harapan, dapat membantu pembaca dalam memahami ilmu HAKIKAT MAKRIFAT untuk meluruskan tujuan sebenarnya dalam beriman dan beribadah, Semoga tulisan ini dapat menjadi tuntunan bagi para pembaca dan memberikan manfaat, sehingga kita dapat Istiqomah dalam memahami bagaimana, cara untuk kembali kepada ALLAH SWT.

 

Tujuh Martabat Alam ini dapat kita jadikan literatur untuk mempelajari perwujudan diri rahasia Allah SWT.

Manusia memiliki empat lapisan hati yang merupakan tempar,wadah atau maqam dari batin manusia.

PERTAMA, Sirr/Rahasia/AHAD Dzatullah/AHMAD Ruhullah, alam ketuhanan. Sangat sedikit ilmu tentang alam ini.
KEDUA, Lubb jamaknya Albab. Ia adalah wilayah ruhaniyah yang memantulkan SIFAT TUHAN, ALAM NUR, Nur Allah SWT/Nur Muhammad yang merupakan pancaran UMUL ROH AHMAD sehingga seluruh atmosfirnya penuh mengingat ALLAH Dzikrullah dalam situasi apapun juga. “Lubb menyemai seluruh proses dzikir sampai pikir. Lubb adalah aktivasi Sirr atau rahasia diri kita,”
KETIGA, Fuad, pengambil Keputusan disini terdapat AFAL TUHAN lapisan setelah Lubb yang menghidupkan hati manusia (ruhul qalbi) yang kelak akan mempertanggungjawabkan seluruh keputusan/Perbuatan manusia dihadapan Allah. “Hidup matinya qalb sangat bergantung pada Fuad ini. Ia merupakan aktivasi dari ruhul qalbi. Dalam fuad ada cinta. 
EMPAT, Qalb atau hati. Dalam Qalb terkanndung NAMA TUHAN sebagai pusat pengambil keputusan apakah akan memihak pada ruh atau nafsu. “Bila hati bersih suci, ia akan menjadi wilayah pantulan Cahaya Allah yang disalurkan oleh Fuad dari Lubb. Jika berdiri dengan nafsu, maka akan berada di alam kegelapan,”
Shodr atau dada ruhani. Tempat bersemainya Islam (yasyrah shadrahu lil Islam) berkaitan dengan amaliyahnya. Sedang Iman ada dalam qalb, bukan shodr. “Shodr, lapis terakhir setelah qalb berhubungan dengan ikhtiar dan pikiran. Mata hati yang melihat dengan jujur dan benar,”.

 

Surat Saff ayat 6

Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, “Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang setelahku, yang namanya AHMAD (Muhammad).” Namun ketika Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata.”

 

Siapa AHMAD..?

AHMAD adalah gabungan nama AHAD dan MUHAMMAD, yang berada di alam JABARUT berbalut CAHAYA JABARUT, Alam ini adalah alam ketuhanan, pancaran CAHAYA dari AHMAD merupakan NUR MUHAMMAD.

 

SISI BASARIAH MANUSIA

Surat Sad 72

Sisi lahir atau Jasad Manusia adalah CAHAYA YANG EMPAT yang merupakan pancaran NUR MUHAMMAD,

 

AHMAD RUHULLAH, Nur Muhammad merupakan pancaranNya, Terpecah menjadi empat Nur/Cahaya, Cahaya tersebut menjadi asal Angin, Air, Api, dan Tanah. Empat cahaya ini lah yang menjadi sisi Basariah/Jasadnya Manusia

Surat Sad ayat 72

Kemudian apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku TIUPKAN ROH KU kepadanya, maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya.”

Alam Jabarut merupakan kelanjutan dari alam Malakut. Kedua alam ini sama-sama di dalam alam gaib mutlak.

Namun, alam Jabarut berada di atas lagi. Tidak semua penghuni alam Malakut dapat mengakses alam tersebut. Hal ini membuktikan, bahwa sesama penghuni alam Malakut tidak memiliki kapasitas yang sama disisi Allah SWT.

Alam Malakut memiliki penghuni tetap, yaitu para malaikat utama, seperti Jibril, Mikail, Israfil, dan lain-lain. Alam ini lebih dekat dengan Maqam Puncak, yang biasa disebut Haramil Qudsiyyah. Dalam suatu pengelompokan, lapisan-lapisan alam dan maqamnya dapat dibedakan pada beberapa tingkatan.

Tingkatan itu adalah Maqam Ahdah yang mencakup alam Lahut dan Martabat Dzat; Maqam Wahdah mencakup Alam Jabarut dan Martabat Sifat; Maqam Wahidiyah mencakup Alam Wahidiyah dan Martabat Al-Asma’; Maqam Roh yang mencakup alam Malakut dan Martabat Af’al; Maqam Mitsal; dan Maqam Insan dan alam syahadah.

Kalau alam Malakut merupakan tahap atau maqam ruhaniah yang hakiki serta senantiasa mempertahankan kesuciannya, alam Jabarut sudah masuk dalam wilayah Lahut atau berada dalam hamparan Ma’rifatullah, tempat seluruh elemen dan yang banyak menjadi SATU.

Alam JABARUT sudah masuk di dalam RAHASIA yang merupakan alam ketuhanan, dalam arti alam gaib mutlak. Alam Jabarut sebagai bagian dari alam gaib mutlak atau Maqam Qudsiyah, sulit dijelaskan secara skematis.

Alam ini berada di antara wilayah aktual dan wilayah potensial yang lazim disebut dengan Al-A’yan ats-Tsabitah.

Alam Jabarut adalah sesuatu yang bukan Tuhan, melainkan derivasinya dalam level Wahidiyat, Dalam buku-buku tasawuf, di alam Jabarut ini berlangsung apa yang disebut sebagai Nafakh Al-Ruh (peniupan roh suci Allah) yang menghidupkan jasad. Alam Jabarut biasa juga disebut dengan alam Roh.

Di alam ini, kita juga mengenal adanya realitas kesamaran antara sesuatu dan bukan sesuatu. Juga kesamaran antara alam dan bukan alam serta antara sifat dan asma. Di dalam alam Jabarut terjadi proses suatu keberadaan dari keberadaan potensial ke keberadaan aktual. Alam Jabarut adalah suatu alam yang tidak umum dijangkau Fikir Manusia.

Ini sebagai bukti, bukan hanya alam Syahadah yang mengalami tingkatan-tingkatan, tetapi alam gaib juga bertingkat-tingkat. Penghuni alam gaib tidak semuanya bisa mengakses alam JABARUT dan LAHUT

 

“Wahai hamba-Ku, Jika engkau ingin masuk ke wilayah kesakralan-Ku (Haramil Qudsiyah), jangan engkau tergoda oleh alam mulk, alam malakut, dan alam jabarut, karena alam mulk adalah setan bagi orang alim, alam malakut setan bagi orang arif, dan alam jabarut setan bagi orang yang akan masuk ke alam qudsiyah.” (hadis qudsi).

Alam syahadah mutlak memiliki tingkatan-tingkatannya: alam mulk, mitsal atau hayal, dan alam barzakh, yang keseluruhannya sudah akrab ditelinga manusia.

Sementara, alam malakut, yang lebih dikenal dengan alamnya para malaikat dan jin, merupakan suatu alam yang tingkat kedekatannya dengan alam puncak(LAHUT dan JABARUT).

Alam Malakut lebih rendah dari pada Alam Jabarut dan Al-A’yan Al-Tsabitah. Mulai alam mitsal sampai alam-alam di atasnya tidak bisa ditangkap panca indra dasar atau fisik manusia karena sudah masuk wilayah alam gaib.

Manusia dengan panca indra fisiknya hanya mampu mengobservasi secara fisik alam syahadah mutlak, seperti alam mineral, alam tumbuh-tumbuhan, alam hewan, dan sebagian dari dirinya sendiri.

 
Alquran mengisyaratkan unsur kejadian manusia ada tiga, yaitu unsur badan atau jasad (jasad), unsur nyawa (nafs), dan unsur roh (ruh ).

 
Dalam Alquran, nyawa dan roh berbeda. Nyawa dimiliki tumbuh-tumbuhan dan binatang, tetapi unsur roh tidak dimiliki oleh keduanya, bahkan oleh seluruh makhluk Tuhan lainnya. Unsur roh inilah yang membuat para malaikat dan seluruh makhluk lainnya sujud kepada manusia (Adam).

 
Roh yang merupakan unsur ketiga manusia ini menjadi potensi amat dahsyat baginya untuk mengakses alam puncak sekalipun. Unsur ketiga inilah yang disebut sebagai ciptaan khusus (khalqan akhar) di dalam Alquran.

 
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian, Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka, Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS al-Mu’min [23]: 12-14).

 

Kata ansya’nahu khalqan akhar dalam ayat di atas, menurut para mufasir, maksudnya adalah unsur rohani setelah unsur jasad dan nyawa (nafs). Hal ini sesuai dengan riwayat Ibnu Abbas yang menafsirkan kata ansya’nahu dengan ja’ala insya’ al-ruh fih, atau penciptaan roh ke dalam diri Adam. Unsur ketiga ini kemudian disebut unsur ruhani, atau lahut atau malakut, yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk biologis lainnya.

 

Unsur ketiga ini merupakan proses terakhir dan sekaligus penyempurnaan substansi manusia sebagaimana ditegaskan di dalam beberapa ayat, seperti dalam surah al-Hijr: 28-29. Setelah penciptaan unsur ketiga ini selesai, para makhluk lain, termasuk para malaikat dan jin, bersujud kepada Adam dan alam raya pun ditundukkan (taskhir) untuknya. Unsur ketiga ini pulalah yang mendukung kapasitas manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi (QS al-An‘am [6]: 165) di samping sebagai hamba (QS al-Zariyat [51]: 56).

Meskipun memiliki unsur ketiga, manusia akan tetap menjadi satu-satunya makhluk karena manusia yang bisa turun naik derajatnya di sisi Tuhan. Sekalipun manusia ciptaan terbaik (ahsan taqwim/QS al-Tin [95]: 4), ia tidak mustahil akan turun ke derajat paling rendah (asfala safilin QS at-Tin [95]: 5), bahkan bisa lebih rendah daripada binatang (QS al-A‘raf [7]: 179).

Eksistensi kesempurnaan manusia dapat dicapai manakala ia mampu mensinergikan secara seimbang potensi berbagai kecerdasan yang dimilikinya. Seperti orang sering menyebutnya dengan kecerdasan unsur jasad (IQ), kecerdasan nafsani (EQ), dan kecerdasan rohani (SQ). Tidak semua aspek manusia itu dapat dipahami secara ilmiah dan terukur oleh kekuatan pancaindra manusia. Karena memang unsur manusia memiliki unsur berlapis-lapis.

Dari lapis mineral tubuh kasar sampai kepada roh (unsur lahut malakut) yang di-install Allah SWT sebagaimana ditegaskan lagi di dalam Al Qura’n, “Kemudian apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan roh-Ku kepadanya, tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya. Lalu, para malaikat itu bersujud semuanya,” (QS Shad [38]: 72-73).

Para penghuni alam malakut terdiri atas para Jin dan Malaikat, termasuk iblis. Alam ini tidak bisa diakses dengan panca indra atau kekuatan-kekuatan fisik manusia. Alam ini hanya bisa diakses manusia jika mereka mampu menggunakan potensi LAHUT, JABARUT dan MALAKUT yang dimilikinya.

Manusia sebagai makhluk utama memiliki kemampuan untuk itu, karena kedahsyatan unsur ketiga tadi. Jika kita merujuk kepada pendapat Syekh Abduk Qadir Jailani yang membagi Roh itu dalam empat tingkatan, makin mudah kita memahami kemungkinan itu. Menurut Syekh Abdul Qadir Jailani dalam kitabnya, Sirr al-Asrar, roh itu memiliki empat tingkatan.

Tingkatan itu adalah roh jasad yang berinteraksi dengan alam mulk; roh ruhani yang berinteraksi dengan alam malakut; roh sulthani yang berinteraksi dengan alam jabarut; dan roh al-quds yang berinteraksi dengan alam lahut. Namun, perlu diingatkan di sini bahwa kita sebagai hamba tidak boleh terkecoh oleh bayangan keindahan alam-alam di atas manusia.

Jangan sampai kita lengah sehingga seolah-olah pencarian kita bukan lagi tertuju kepada ridha Allah semata, melainkan sudah terkecoh oleh unsur-unsur kekeramatan. Makin tinggi tingkat pencarian seseorang, makin tinggi pula unsur pengecohnya, sebagaimana disebutkan dalam hadis qudsi di atas. Kerjakanlah semuanya dengan semata-mata karena Allah SWT.

 

Al Qur’an mengisyaratkan unsur kejadian manusia ada tiga, yaitu unsur badan atau jasad, unsur nyawa (nafs), da unsur roh (ruh). Dalam Alquran, nyawa dan ruh berbeda. Nyawa dimiliki tumbuh-tumbuhan dan binatang, tetapi unsur roh tidak dimiliki keduanya, bahkan oleh seluruh makhluk Tuhan lainnya.

Unsur roh inilah yang membuat para malaikat dan seluruh makhluk lainnya sujud kepada manusia (Adam)

 

Roh yang merupakan unsur yang ketiga dalam diri manusia, yang menjadi potensi amat dasyat untuk mengakses alam puncak sekalipun. Unsur ketiga inilah yang disebut sebagai ciptaaan khusus (khalqon akhar)di dalam Al Qur’an.

 

“ Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari tanah. Kemudian, kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang-belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian, kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah, pencipta Yang paling baik”.(QS al-mukmin [23]:12-14).

 

Kata ansya’nahu khalqan akhar dalam ayat di atas, menurut para mufasir, maksudnya adalah unsur rohani setelah unsur jasad dan nyawa (nafs). Hal ini sesuai dengan riwayat ibnu Abbas yang menafsirkan kata ansya’nahu dengan ja’ala ansya’al ruh fih, atau peniupan roh kedalam diri adam. Unsur ketiga ini kemudian disebut unsur ruhani, atau lahut atau malakut, yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lainnya.

 

Unsur ketiga ini merupakan proses terakhir dan sekailgus penyempurnaan subtansi manusia, sebagaimana di tegaskan di dalam beberapa ayat, seperti dalam surah al-Hijr: 28-29. Setelah pencitaan unsur ketiga ini selesai, para makhluk lain termasuk para malaikat dan jin bersujud kepada Adam dan alam raya pun ditundukkan (taskhir) untuknya. Unsur ketiga ini pulalah yang mendukung kapasitas manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi (QS al-An’am [6]: 165) disamping sebagai hamba (QA al Zariat [51]:56).

 

Meskipun memiliki unsur ketiga, manusia akan tetap menjadi satu-satunya makhluk eksistensialis karena hanya manusialah yang bisa turun naik derajatnya di sisi Tuhan. Sekalipun manusia ciptaan terbaik (ahsan taqwim/QS at-tin [95]:4), ia tidak mustahil akan turun kederajat paling rendah (asfala sa-filin)/Qs At-Tin [95]:5), bahkan bisa lebih rendah dari pada binatang ( Qs –al A’raf [7]:179).

 

Eksistensi kesempurnaan manusia dapat di capai manakala ia mampu bersinergi secara seimbang dengan memakai semua potensi kecerdasan yang di anugrahkan ALLAH SWT.

Orang sering menyebutnya dengan kecerdasan unsur JASAD (IQ), kecerdasan NAFS (EQ), dan kecerdasan ROHANI (SQ). Tidak semua aspek manusia itu dapat dipahami secara ilmiyah dan terukur oleh kekuatan panca indra manusia. Karena, manusia memiliki unsur batin berlapis-lapis.

untuk itu memohonlah kepada ALLAH SWT, agar kita diberikan PAHAM YANG DALAM, PAHAM ini datang dari Sang Khaliq melalui Umul Roh yang di anugrahkan kepada kita.

 

Dari lapis mineral tubuh kasar sampai kepada roh (unsur Lahut/Jabarut/Malakut) yang di install Allah SWT sebagaimana di tegaskan lagi di dalam Al Qur’an, “kemudian apabila telah aku sempurnakan kejadiannya dan aku tiupkan Roh-KU kepadanya, maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya. Lalu para malaikat itu bersujud semuanya”.(QS Shad[38]:72-73).

 

Para penghuni alam malakut terdiri atas para jin dan malaikat, termasuk iblis. Alam ini tidak bisa di akses dengan panca indra atau kekuatan-kekuatan fisik manusia. Alam ini hanya bisa di akses manusia jika mereka mampu menggunakan potensi Lahut, Jabarut dan Malakut yang anugrahkan ALLAH. Hubungan interaktif antara para penghuni alam dimungkinkan, mengingat berbagai alam itu sama-sama ciptaan Allah SWT.

 

Manusia sebagai makhluk utama memiliki kemampuan untuk itu karena kedahsyatan unsur ketiga tadi. Jika kita merujuk kepada pendapat Syekh Abdul qodir Jailani yang membagi Roh itu dalam empat tingkatan, semakin mudah kita memahami.

Menurut Syekh Abdul Qodir Jailani dalam kitabnya sirr al – asrar, roh itu memiliki empat tingkatan.

 

Tingkatan itu adalah roh jasadi yang berinteraksi dengan alam mulk; roh ruhani yang berinteraksi dengan alam malakut; roh sulthoni yang beriteraksi dengan alam jabarut; dan roh al quds yang berinteraksi alam lahut. Namun perlu diingatkan di sini kit asebagai hamba tidak boleh terkecoh oleh bayangan keindahan alam-alam di atas manusia.

 

Alam Nasut

Alam nasut ialah : Alam yang terlihat oleh mata ahir (Alam jasmani) yang isinya : Manusia, hewan asalnya dari unsur air, kejadiannya dari Nafsu Sawiah (bening), keluarnya dari mata,  wataknya bisa mlihat, Ilmunya tingkat syareat, akalnya hasab (mencari).[2]

Dan orang yang ilmu pengetahuannya masih di Alam Nasut, biasanya orang tersebut, hatinya masih lalai atau masih tidur, ilmu pengtahuannya masih di dapat dari orang lain (orang awam) bukan bersumber dari dirinya sendiri, ibaratnya bak air, ada air kalau diisi saja tetapi kalu tidak diisi, ia akan kosong dan kering,dan orang tersebut mudah sekali dihasut, hidupnya hanya mengikuti umum saja tidak mempunyai pegangan sendiri.

Alam nasut artinya alam dunia yakni alam yang dihuni manusia yang juga disebut alam al-mulk ( alam kekuasaan ) , alam nasut merupakan alam kasat mata atau alam syahadah. والحاصل : إنّ السالك إذا أخذ فى سيره إلى مولاه ، وجدّ فى سيره ، وتأدّب مع الرقيق فى مسراه قطع العوالم حتّى يتشرف بالوصول إلى تلك المعالم :  (Dan hasilnya) bahwasanya seorang salik itu apabila mengambil pada perjalanan kepada Tuhannya dan bersungguh-sungguh ia pada perjalanannya dan beradab beserta Syaikhnya pada zahir bathinnya, diputuskan segala ‘awaalim hingga hampir dengan sampai kepada maksudnya daripada segala ‘awaalim itu. فأوّل عالم  يُقَطِّعهُ عالم الملك وهو ما يدرك بالبصر من الأجسام وغيرها وهو عالم النفس ، Maka pertama yang diputuskan ‘Alam Mulk dan yaitu yang didapat akan dia dengan mata kepala, daripada segala ajsam dan lainnya, maka dinamakan dia ‘alam an-Nafs. ثمّ عالم  الملكوت وهو ما يدرك بالبصيرة وهو عالم القلب Kemudian maka ‘alam malakut dan yaitu barang yang dapat akan dia dengan mata hati dan dinamakan dia ‘alam al-Qalb. ثمّ عالم  الجبروت وهو عالم الروح Kemudian maka ‘alam jabarut dan yaitu dinamakan ‘alam Roh. ثمّ عالم  اللاهوت وهو عالم السر وعنده يذهب الإسم والرسم ، ولايشهد هناك إلا الأحد وهذا غاية الفناء ، ومنه يرجع العارف إلى البقاء ويصير مرشدا ومقتدى ، Kemudian maka alam lahut dan dinamakan ‘alam As-Sirr dan padanya hilang nama dan segala musamma dan tiada dilihat disana melainkan Tuhan Yang Waahidul Ahad. Dan inilah sehingga-hingga fana` dan daripadanya kembali orang yang ‘arif itu kepada baqa`nya, dan jadi ia mursyid, yakni yang menunjukkan muridin dan tempat ikutan,  seperti kata syair: ولتخلع النعلين خلع محقق – وخلا عن الكونين في مسراه ولتفن حتى عن فنائك إنه – عين البقاء فعند ذاك تراه Dan tanggalkan olehmu dua kaus kamu yakni ilmu dan ‘amal itu sebagai tanggal yang sebenar-benarnya, Dan sucikan di dalam hatimu daripada dua kaun [yakni] dunia dan akhirat Dan fana`kan olehmu hingga daripada fana`mu, bahwasanya ialah dinamakan maqam baqa` Maka pada ketika itu melihat engkau akan Dia

 

Alam Malakut

Alam malakut ialah Alam Qolbi (hati) isinya para malaikat, asalnya dari unsur angin, kejadiannya dari Nafsu Mutmainah (tenang), keluarnya dari hidung, wataknya bisa mencium, ilmunya tingkt hakekat, Akalnya Huda (menjedi wayang) artinya orang itu sudah betul-betul pasrah (tawakal) bagaimana yang mengatur saja, dan ia merasakan kehadiran Allah, dan orang yang ilmu pengetahuannya sudan mencapai Alam Malakut, maka ia akan bisa melihat suatu Alam yang mana makhluknya serba putih yang sedang berdiri, ruku, sujud,dan duduk. Dan orang yang mencapai tingkat ini hatinya di penuhi oleh Nur (Cahaya) sehingga di kehidupannya tenang dan tentram.

Alam malakut ialah alam kegaiban merupakan alam malaikat dan alam jin yang sebagian menjelma dari intelek, oleh karena itu jin berpotensi mencapai pengetahuan Allah Swt. Wahyu yang disampaikan kea lam manusia ( alam nasut ) juga disampaikan ke alam malakut.

 

Alam JABARUT

Alam Jabarut ialah alam kekuasaan Allah Swt. Alam Jabarut juga merupakan realitas yang disebut singgasana ( Al-Arsy ) hal ini merupakan bagian supra formal atau manifestasi kemalaikatan, yang diliputi dan terdiri dari ciptaan formal sedang ia sendiri diliputi oleh being dan being dibalik being.

Alam Jabarut ialah : Yaitu Alam yang tidak terlihat oleh mata lahir (Alam Rohani) isinya : Jin, Syetan, Merkayangan dan Bangsa Siluman, asalnya dari unsur api, kejadiannya dari Nafsu Amarah (panas), keluarnya dari telinga, wataknya bisa mendengar, ilmunya tingkat thorikot, akalnya a’to (yang melakukan)

Orang ilmu pengetahuannya sudah masuk Alam Jabarut, pada umumnya orang tersebut di katakan jadab, karena dia sudah melihat dua Alam (Alam nyata dan alam tidak nyata), sehingga kelakuannya orang tersebut itu agak aneh, tidak umum dengan orang ain. Dan biasanya orang tersebut hatinya hidup. Dia bisa melihat dan mendengar susuatu yang sifatnya ghoib walaopun masih tahapan (tipuan) artinya apa yang dia lihat atau di dengar tidak semua benar, kadang bisa menjatuhkan dan menyesatkan. Sehingga orang yang masuk Alam Jabarut harus hati-hati dan waspda, jangan sampai terpedaya, dan menjadi sibuk lupa dngan tujuan hidup, ia mempunyai ilmu pengetahuannya dari orang lain juga dari dirinya sendiri (petunjuk dari Allah).

 
Alam LAHUT (Latain/Ahadiah)

Lahut berasal dari kata AL-LLAH atau KETUHANAN, LAHUT adalah ALAM TUHAN, AALAM LAHUT terkadang disebut pula alam `izzah (alam keagungan) sebagai bagian dari nama-nama aifat ALLAH SWT.

DIA merupakan AL KHALIQ ( Pencipta ) dalam kaitanya dengan dunia dan akhirat dan sebagai Tuhan pribadi atau sebagai Pribadi, yang mendengarkan permohonan , yang mematikan , yang menghidupkan, yang member penghidupan, yang mencipta, yang menerima tobat dsb.

adapun Alam Lahut itu adalah mertabat Latain artinya tidak ada pernyataan, maka dinamakan Alam Lahut itu adalah Asma ‘Zat, artinya Isma’ Zat Allah Taala, Zat yang belum bernama ALLAH, hanya dengan bernama DZAT AHADYAH.

Di dalam mertabat Alam Lahut, Asma ‘Zat yang Maha Suci itu adalah tujuh Asma’nya yaitu: –

HU artinya Zat Tuhan yang Esa semata-mata
GHAIBUL GHUYUB artinya, tidak ada berpihak dan tidak bertempat, tidak Ia diatas, di bawah, di kiri, di kanan, di depan dan di belakang.
AHADIAH artinya dari pihak yang tidak sampai ke pengenalan para-para Nabi, apa lagi yang lain dari Nabi-nabi, yang mengetahui hanya dia.
GHAIBUL HAWIAH artinya, dari pihak Ia tidak berzat, berisma ‘dan berakal seperti manusia.
UJUDUL MUTLAK artinya tidak ada yang Hakiki, hanya DIA
ABADAN ABADA artinya tidak ada yang mengetahui wujudnya, sesuatu, semuanya
LATAIN artinya tidak dapat dipikirkan oleh akal, Makrifat orang-orang yang Arifin Billah. Alam Lahut pada mertabat Latain, DIAlah Zatul, MUTLAK yang tidak bercerai dan tidak berkumpul, semata-mata DIA, belum lagi bernama ALLAH, karena belum ada NUR MUHAMMAD SAW. Berkenaan dengan ILMU Tajali Alam Lahut tidak ada Ilmu pada Nur Muhammad, hanya DIA yang bertajali semata.
Martabat ITHLAQ artinya gaib yang sepenuhnya
Zatul BUHTI artinya zat semata-mata
GAHIBUL MUTLAK artinya gahib yang sepenuhnya
‘ZIHIN’ artinya tatkala sunyi ia dari sesuatu
ALAM sirr artinya rahasia Allah
 

Alam Ghoibi

Alam ghoibi ialah Alam Qolbin salim (hati yang selamat) isinya : Arwah-arwah para Nabi, para Sahabat, para Wali, dan orang-orang sholeh. Asalnya dari unsur bumi kejadiannya dari nafsu Luamah (lemas), keluarnya dari mulut, wataknya bisa berbicara, Ilmunya tingkat ma’rifat, akalnya falsafah (menjadi dalang) artinya orang tersebut mencapai pangkat Insan Kamil, manusia yang sempuna (sejati ing manusia) di hatinya hanya ada Allah.[7]

 

Alam Mulki, Malakut dan Jabarut dalam Perspektif Sufi

Para ulama Tasawuf yang kasyaf mengabarkan bahwa secara garis besar alam terdiri dari

Alam NASUT (alam Mulk mitsal)/alam Jasad)
Alam MALAKUT (alam Roh)
Alam JABARUT (alam NUR)
Alam LAHUT
Alam LAHUT adalah alam derajat/tingkatan/maqom nya di atas Alam Jabarut. Alam Jabarut, adalah alam yang “paling dekat” dengan aspek-aspek Ketuhanan, penghuni alam Jabarut adalah ‘sesuatu yang bukan Allah dalam aspek Ahadiyyah’, melainkan derivasi (turunan) dari aspek Ahadiyyah yang tertinggi selain apa pun yang ada. Misal penghuni alam ini adalah Nafakh Ruh (Tiupan Ruh Allah) yang mampu manghidupkan jasad, Ruh Al-Quds.

Alam Malakut adalah suatu alam yang tingkat kedekatan dengan aspek KETUHANAN lebih rendah dari Alam Jabarut, namun masih lebih tinggi dari Alam Mulk.

Baik Alam Jabarut maupun Alam Malakut, keduanya adalah realitas/wujud yang tidak dapat ditangkap oleh indera jasadiah kita.

Indera jasad biasanya hanya bisa menangkap sesuatu yang terukur secara jasad, sedang Alam Jabarut dan Alam Malakut memiliki ukuran melampui ukuran jasad. Misal penghuni Alam Malakut adalah malaikat, An-nafs(jiwa).

Alam Mulk, adalah alam yang tingkat kedekatannya dengan aspek Allah adalah yang paling rendah. Dalam wujudnya terbagi menjadi 2, yang tertangkap oleh indera jasad dan yang gaib (dalam arti tidak tertangkap/terukur) bagi indera jasad. Jadi karena keterbatasan indera jasad kita, ada wujud yang sebetulnya bukan penghuni alam-alam yang lebih tinggi dari alam Mulk, tetapi juga tidak tertangkap kemampuan indera jasad.

Yang terukur oleh indera jasad contohnya tubuh/jasad manusia, jasad hewan, jasad tumbuhan. Penghuni alam Mulk yang tidak terukur oleh indera jasad contohnya adalah jin dengan segala kehidupannya. Jin dengan segala kehidupannya bisa dimengerti oleh indera-indera malakuti (indera-indera an-nafs/jiwa)

Manusia hidup di dua alam sekaligus, tubuh (jasad) kita hidup di alam fisik, terikat dalam ruang dan waktu. Para ulama menyebut alam fisik ini sebagai alam nasut, alam yang bisa kita lihat dan kita raba, Kita dapat menggunakan pancaindera kita untuk mencerapnya. Sementara itu, ruh kita hidup di alam ghaib (metafisik), tidak terikat dalam ruang dan waktu. Para ulama menyebut alam ini alam malakut. Bukan hanya manusia, segala sesuatu mempunyai malakutnya.

 

Untuk memahami keterangan diatas, manusia perlu memahami, ilmu Tasawuf adalah suatu  bidang ilmu untuk memasuki atau menghiasi diri dengan akhlak yang luhur dan keluar dari akhlak yang rendah.

Tasawuf juga dapat diartikan sebagai kebebasan, kemuliaan, meninggalkan perasaan terbebani alam setiap melaksanakan perbuatan syara, dermawan, dan murah hati.

Secara garis besar tasawuf terbagi menjadi tasawuf sunni dan tasawuf falsafi.

Tasawuf falsafi ialah tasawuf yang ajaran-ajarannya disusun secara kompleks dan mendalam dengan bahasa-bahasa simbolik filosofis.

Sementara, tasawuf sunni adalah tasawuf yang didasarkan pada Al-Qur’an dan sunnah. Tasawuf sunni dibagi dalam dua tipe, yaitu tasawuf akhlaqi, dan tasawuf amali.

Alam LAHUT adalah alam derajat/tingkatan/maqom nya di atas Alam JABARUT. melainkan derivasi (turunan) dari aspek Ahadiyyah yang tertinggi selain apa pun yang ada.

Misal penghuni alam ini adalah Nafakh Ruh (Tiupan Ruh Allah) yang mampu manghidupkan jasad, Ruh Al-Quds.

Alam Malakut adalah suatu alam yang tingkat kedekatan dengan aspek Ketuhanan lebih rendah dari Alam Jabarut. Baik Alam Jabarut maupun Alam Malakut, keduanya adalah realitas/wujud yang tidak dapat ditangkap oleh indera jasadiah kita.

Indera jasad biasanya hanya bisa menangkap sesuatu yang terukur secara jasad, sedang Alam Jabarut dan Alam Malakut memiliki ukuran melampui ukuran jasad. Misal penghuni Alam Malakut adalah malaikat, An-nafs(jiwa).

Alam Mulk, adalah alam yang tingkat kedekatannya dengan aspek Allah adalah yang paling rendah. Dalam wujudnya terbagi menjadi 2, yang tertangkap oleh indera jasad dan yang gaib (dalam arti tidak tertangkap/terukur) bagi indera jasad.

Jadi karena keterbatasan indera jasad kita, ada wujud yang sebetulnya bukan penghuni alam-alam yang lebih tinggi dari alam Mulk, tetapi juga tidak tertangkap kemampuan indera jasad.

Tulisan ini jauh dari kesempurnaan, semoga berfanfaat…
 ✍️ Gus Hamin Tehupelasury

Senin, 08 April 2024

Alloh Dimana Siapa??? Muhammad Siapa???

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...

” #HAKIKAT MUHAMMAD “

Zat ini masalah qadim, tidak dapat diketahui dengan panca indera. Sifat itu masalah baharu, dapat diketahui dengan panca indera.

Zat artinya diri. Sifat artinya kelakuan.

Siapa yang berkelakuan? Tentulah diri (yang berkelakuan), bukan sifat. Itu dikatakan zat dan sifat itu satu (esa). Tidak bisa becerai. Ada zat, ada sifat dan sebaliknya. Karena zat itu tempat beradanya sifat (atau sifat bertempat pada zat). Sifat itu keadaan yang ada pada zat (atau sifat adalah hal keadaan zat).

Contoh:

Orang yang sedang demam. Mengapa bukan demamnya yang disuntik (dokter), malah bokongnya yang disuntik? Jadi, demam itu hanya sifat. Sifat tidak bisa berada pada sifat. Sifat mesti berada pada zat.

Zat dan sifat itu dua perkataan, tetapi satu. Maksud perkataan ini; ada zat – ada sifat; ada sifat – ada zat.

Zat ini ada yang bersifat nafsiyah, ada yang bersifat salbiyah, ada yang bersifat ma’ani, dan ada yang bersifat ma’nawiyyah.

Khususnya sifat Nafsiyah. Sifat Nafsiyah ini menunjukkan bahwa zat bersifat wujud (ada). Dan adanya zat ini tidak dikarenakan oleh suatu sebab (sedia ada). Zat ini ada selama-lamanya. Tidak akan rusak binasa. Meliputi sekalian alam. Yang meliputi sekalian alam inilah zat mutlak.

Zat mutlak inilah energi ketuhanan. Manusia dapat mengubah energi, tapi tidak bisa membersihkannya. Contoh: Hiroshima dan Nagasaki. Berapa lama tidak bisa dibersihkan radiasinya? Ketika sekarang sudah bersih dari radiasi nuklir, siapa yang membersihkannya? Tentulah energi ketuhanan itu yang membersihkannya.

Jelaslah, maharuang inilah energi ketuhanan. Satu saja. Tidak ada dua, tiga, dst.

Berjuta-bilyun bintang di langit dan benda-benda angkasa lainnya, mengapa tidak berguguran ke bumi? Padahal tidak ada penyangganya. (Bagaimana mungkin) kalau tidak ada satu kekuatan besar yang menahannya.

Tubuh maharuang inilah yang dapat menahan berjuta-bilyun ton agar tidak saling bertumbukan. Inilah Qimyatus Sa’adah (Kimianya Agama).

Nabi saja menuntut ilmu dari rumah beliau sampai ke Sidratul Muntaha. Manusia, dari rumahnya sampai ke bulan saja belum sampai. Pengetahuan Islam sudah sampai ke fil ufuki a’la (sampai ke ufuk tinggi). Maka ada perkataan al-Islam ya’lu wa laa yu’la alaih.

Orang Islam yang hakiki, dia tidak akan mengucap laa ilaaha ila Allah kalau dia belum tau apa itu laa ilaaha ila Allah.

Dalam Salat

Waktu takbir ihram, siapa Allah itu?

Maka pentinglah mengetahui diri. Bukan ruhani saja yang mahasuci, jasmani pun mesti mahasuci juga. Maka jasad ini perlu dimahasucikan juga, bukan ruhani saja. Jasmani bermaksud dengan cara nafsu, ruhani bermaksud dengan cara keimanan, sedangkan nurani dan rabbani bermaksud dengan cara ketuhanan.

Kalau jasad tidak dapat mengesakan, tentu ruhani menuntut. Sebab, jasad mengandung nyawa. Bukan ruhani yang mengandung jasad (tubuh).

Kalau salat, manusia itu bukan hamba, sudah Allah semata-mata. Kalau salat itu sudah Allah semata (yang ADA), tidak perlu lagi mengaku diri kita ini Tuhan dan mau sama dengan Tuhan.

Ingat:

Mengaku diri kita Tuhan: KAFIR.

Tidak mengakui Diri Tuhan: KUFUR.

Dalam salat, setiap manusia mengaku dirinya Tuhan. Cermat-cermat dengan bahasa ini!

Makanya dalam salat itu jangan ada lagi i’tikad-i’tikad karena agama bukan i’tikad-i’tikad. Sudah nyata senyata-nyatanya semua orang yang salat itu mengakui Diri Pribadi Tuhan. Bukan mengakui dirinya Tuhan, tapi mengakui Diri Tuhan (atau mengakui ADA-nya Diri Tuhan itu.)

Hakikat Muhammad

Wajib kita mengetahui hakikat Muhammad.

Dalam ilmu, hakikat Muhammad itu Allah. Ini dalam ilmu.

Dalam makrifat, pengenalan yang sebenar-benarnya: hakikat Muhammad itu bukan zikir-zikir lagi. Maka dengan hakikat Muhammad ini tidak ada zikir-zikir lagi. Karena hakikat Muhammad inilah bekal yang tidak basi sampai akhirat. Ini yang dibawa mati. Tidak ada zikir lagi.

Lihat ketika berdoa, semua minta mati dalam iman, Islam, dan husnul khatimah, tapi hakikat Muhammad tidak mereka ketahui. Hakikat Muhammad inilah mati dalam iman, Islam, dan husnul khatimah.

Muhammad saja sudah selamat.

Coba perhatikan, siapa yang sampai kepada Allah? Siapa yang bisa menembus zat asam dan zat mutlak kalau bukan Muhammad?

Belajarlah. Jangan salah paham. Mintalah pada guru-guru yang hebat bekal-bekal yang tidak basi sampai akhirat. Sebab ini yang dibawa mati. Tidak ada zikir lagi. Bukan seperti kelaziman orang: ada yang mau mati baru dibacakan zikir laa ilaaha ila Allah.

Nabi Muhammad Saw. itu bukan mati, melainkan tidur hakiki. Orang tidur hakiki ini orang yang tidak tidur di dunia lagi, tetapi tidur di Mahasuci. Mahasuci inilah tempat husnul khatimah. Tempat yang penuh berkah. Inilah pengajian 80.000 hakikat ke atas. Artinya 80.000 tempat yang penuh rahmat. Inilah pengajian sirri sirrihi, rahasia di dalam rahasia. Tidak ada alam lagi.

Rasanya rasalah yang merasa. Inilah rasa di dalam rasa. Artinya, di dalam rasa itu ada rasa.

Air yang ada gulanya dapat kita rasakan manis. Air yang ada garamnya, asin. Sedangkan Tuhan tidak ada rasa-rasa. Pecahkan sendiri supaya terbuka rahmat Allah. Jangan kita merasa yang ada rasa saja, coba-cobalah merasa yang tidak ada rasanya. Bagaimana rasanya? Barulah tahu Allah itu surga.

Muhammad Saw. tidak ada mengajarkan filsafat dan tidak memiliki filsafat. Akan tetapi, filsafat Muhammad ini wahyu.

Bagaimana Tuhan mengajar hamba-Nya?

Tanpa huruf; tanpa suara. Laa bi harfin wa laa shautin. Bagaimana kita untuk dapat paham pelajaran tanpa huruf tanpa suara ini? Asah akal dengan pikiran, bukan dengan batu canai. Apa maksudnya? BERPIKIRLAH!

Contoh:

Para filsuf itu membuat rumus-rumus alam dengan berpikir. Lalu rumus-rumus itu disyariatkan sehingga hari ini kapal berlayar tidak lagi pakai kain layar yang bergantung pada angin.

Jangan latah! Mereka bilang manusia itu dari kera. Begitu ilmu wahyu turun, dikata manusia itu dari Tuhan. Runtuhlah ilmu filsafat manusia.

#SIAPA NUR MUHAMMAD ????
(NUR KUN HU DZULLAH) Syahadat Kosong, alam masih belum ada apa2
(JIBU) kecuali rahasia sirr, namanya la sautin wala harfin = tidak
bersuara dan tidak berhuruf (..xxx..) artinya Aku Adalah Aku atau Dia
Adalah Dia, yg merupakan nama bathin hanya satu kata tapi bermakna
syahadat dan berarti beberapa kata, yg menjadi rahasia dan
dikeramatkan. Seandainya dibuka atau dipaparkan tentu saja bukanlah
rahasia lagi tapi jadi rahasia umum namanya.
( Dalam buku Mencari Nama Tuhan Yang ke 100 penulis menyebut nama itu
adalah Ahad artinya Maha Satu-Satunya, satu kata tapi bermakna
syahadat, satu kata tapi artinya beberapa kata Maha Satu-Satunya jadi
artinya bukan esa atau satu karena satu pasti ada dua, tiga dst, AHAD
adalah nama dzohir Allah yg ke 100 yg termaktub dalam surah al Ikhlas
bukan al Ahad bukan pula Al Wahid, nama itulah yg jadi amalan atau
wirid salah seorang sahabat Rasulullah yg mendapat kemulian yg begitu
besar bahkan dalam sebuah riwayat bahwasanya Rasulullah mendengar
suara terompah/ sandal sahabat Rasulullah Bilal bin Rabah di surga (
Bilal bin Rabah adalah seorang budak negro yg dibebaskan dan menjadi
muslim lalu menjadi 10 sahabat yg dijamin masuk surga, Bilal bin Rabah
adalah muadzin/ tukang adzan pertama).
Yang merupakan nama Allah juga terdapat dalam Alquran adalah HAIRUL
MAKIRIN bukan termasuk dalam Asmaul Husna.
Nur yang awal2 adalah Nur Habibi ( Bahwasanya yang pertama-tama
terjadi pada Diriku sesudah Nur yang awal2 adalah Nur Habibi) atau
Dzat Allah, daripada NurNya dengan berfirman KUN yg menerbitkan Nur
Muhammad.
_____________________________________
(NUR KUN “HU DZATULLAH”) Syahadat Diri Nur Muhammad, yang merasa
bahwa dirinya Tuhan karena belum tahu ada Allah sehingga mendengar
firman ALASTU BIROBBIKUM, Nur Muhammad terpukau dengan segala
keindahan yg dilihatnya sehingga terucap ALLAHUMMA.
(NUR KUN ILLA HUWA HAQ) Syahadat Bathin, pengakuan tentang Allah Yang
Maha Haq. Sehingga abadilah syahadat karena ada KHOLIK dan MAKHLUK
yaitu Syahadat Allah ” LAA ILAHA ILLALLAH” dan Syahadat Rasul
“MUHAMMAD RASULULLAH”.
( Di zaman nabi Musa AS juga ada yg termaktub dalam Alquran ” INNANI
ANALLAHU” Syahadat Awal Allah ketika nabi Musa AS berdialog langsung
di bukit Thursina, sebelum syahadat nabi Musa “LAA ILAHA ILLALLAH
MUSA KALAMULLAH” . Ada pula syahadat nabi yg lain seperti syahadat
nabi Ibrahim AS “LAA ILAHA ILLALLAH IBRAHIM KHOLILULLAH”. Syahadat
nabi Isa AS “LAA ILAHA ILLALLAH ISA RUHULLAH dll).
_____________________________________
Terucap pula firman pengasihan Allah kepada Nur Muhammad ( DZOHIRU
ROBBI WALBATHINU ABDI dalam riwayat lain ada tambahan ILLALLAH
HUWALLAH HUWA RUHUM) dalam sebuah riwayat juga dikatakan DZOHIRU ROBBI
WALBATHINU ABDUH artinya Zahir Tuhan itu ada pada Bathin HambaNya (di
dalam Ilmu Hakikat. Ilmu Hakikat inilah yang sebenarnya untuk
meng-Esakan Allah, dengan mengenal Diri agar bisa sempurna untuk
mengenal Allah SWT).
Maka, Nur Muhammad memuji diri sendiri kepada Nur Habibi yang awal2.
Dzikir Nur yang awal2 yaitu :
“LAA ILAHA ILLALLAH MUHAMMAD WUJUDULLAH”
“LAA ILAHA ILLALLAH NUR HAQQULLAH”
“LAA ILAHA ILLALLAH MUHAMMAD ASTAGHFIRULLAH”
Maka terucaplah shalawat Nur Muhammad yg pertama ‘KUN SHOLLI ALA
MUHAMMAD” kepada alam semesta yg disambut dengan SHOLALLAHU ALAIHI
WASSALAM.
Daripada Nur Muhammad pula Arsy, Lauhul Mahfud dan alam semesta
tercipta serta Nabi Adam dan diri kita.
_____________________________________
Syech Abdul Asysyahrani Rahimahullah Alaihi berkata : “INNALLAHA
KHALAQA RUHUN NABI SAW MIN DZATIHI WAKHALAQAL ‘ALAAMI MINNURI MUHAMMAD
SAW.”
Artinya ” Sesungguhnya Allah telah menjadikan Roh Nabi Muhammad dari
pada Dzat Allah dan sekalian Alam ini dijadikan dari pada Nur Muhammad SAW “.
_____________________________________
Ada beberapa syahadat lagi yg terdapat di dalam Suluk Sujinah ( suluk
ini terdiri dari tujuh pupuh yg membahas seputar ilmu tasawuf seperti
Nur Muhammad,roh dll). Saya tuliskan sinopsis dari Suluk Sujinah dalam
pupuh pertama yaitu Pupuh Asmaradana mengenai syahadat tujuh dan
syahadat tiga.
Adapun syahadat tujuh adalah,
Syahadat orang awam, yaitu asyhadu an la ilaha illa Allah wa asyhadu
anna Muhammadan rasulullah.
Syahadah al-tariqah, yaitu la ma’budah illa Allah,
Syahadah haqiqah, yaitu la maujuda illa Allah,
Syahadah ma’rifah, yaitu la ya’rifu illa Allah.
Syahadat batin, yaitu Allah-Allah jero ciptane/ di dalam ciptaannya,
Syahadat gaib, yaitu yahu-yahu,
dan Syahadah barzah, yaitu haq-haq.
_____________________________________
Sedangkan syahadat tiga adalah,
syahadat muta’awwilah (permulaan) ialah syahadat lafal yang dikerjakan
lahir batin, yaitu syahida ilahu annahu la ilaha illa huwa,
syahadah mutawassithah (pertengahan), lafalnya, syahidina ‘ala anfusina,
dan syahadah muta’ahhirah (terakhir), lafalnya, la ilaha illa huwa.
Syahadat yang dipergunakan sehari-hari disebut syahadat syari’ah,
lafalnya la ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah.
Ada pula yang lain Syahadat yang di pakai oleh Ahli Bai’at yaitu
“ASYHADU ALLA ILAHA ILLALLAHU MUHAMMADURRASULULLAH”.
Mungkin masih ada beberapa syahadat lain lagi seperti syahadat diri,
syahadat ruh dll yg bisa jadi banyak versi tapi saya rasa cukup
tulisan di atas tentang macam2 syahadat.
_____________________________________
Bersipat nur muhammad ini yaitu menyembah,maujud nur muhammad ini yaitu yatimullah,nur tak ber ibu tak ber bapak yang dulu pernah menzahir ke dalam batang tubuh nabi Isa alaihissallam,beribu tahun setelah itu maujud pula zahir nur muhammad ini ke dalam batang tubuh sayyidina muhammad sallallahi alaihi wassallam,zahir nya nur yatimullah ini dalam batang tubuh nabi isa telah membimbing beliau menyatu dan selaras dengan ALLAH,begitu pula zahir nya nur ini pada batang tubuh baginda nabi muhammad telah merujuk rasullallah atas seijin ALLAH dalam pencarian beliau akan tauhid dan agama sejati ini yaitu islam,kedua nabi ini adalah sarang dari nur muhammad yang maujud dalam bentuk zahir yang boleh di katakan nur muhammad nya bangun secara sempurna di sempurnakan ALLAH semata mata.
_____________________________________
Namun jangan di duga bahwa pada makhluk ALLAH lainnya nur muhammad ini tak dapat bangun secara utuh,nur muhammad itu haq dari semua makhluk ALLAH yang hendak menemukan sejatinya khalifah dan tujuan ia di ciptakan,di dalam nur muhammad itu terkandung berjuta juta gen tuhan/sipat sipat ilahi,qodrat dan quwwata ALLAH,bagi siapa saja makhluk yang dapat menghujamkan sedikit demi sedikit quwwata ALLAH dalam nur muhammad itu kepada setiap jaringan tubuhnya maka ia secara otomatis akan dapat mencicipi quwwata itu langsung dari induk nur muhammad yaitu NUR ALLAH SEMATA MATA.
_____________________________________
NUR MUHAMMAD ini memiliki nama asal mula sebelum ia bernama nur muhammad,ia terdiri atas 7 nama yang tersebut oleh makhluk pada setiap berada pada sarangnya,7 nama nur muhammad ini tersebut setiap ia sampai pada setiap alam ketuhanan/alam langit tuhan,pada alam pertama atau langit pertama (arasy) nur muhammad ini bernama NUR QASAM,ia belum bersipat makhluk dan belum berwujud selain hanya nur semata mata yang masih bersanding dengan nur ALLAH,QASAM lah ia karena belum bersipat makhluk,qasamlah jua ia karena belum berupa dan berbentuk,pada saat ini nur ALLAH itu sendiri yang berpecah belah memisah dari nurrullah semata mata,dua sipat namun satu zat.
_____________________________________
Pada alam langit ke dua nur muhammad ini bernama NUR KALAM,ia sudah bersipat makhluk bukan lagi bersipat nurullah walaupun belum berbentuk makhluk,nur kalam sudah zahir kepada bentuk kalimat kalimat ilahi yaitu kalimat “KUN FA YAKUN”.
_____________________________________
Pada alam langit ke 3 nur muhammad ini bernama NUR JAMAL,nur ini sudah memiliki sipat dan sudah memilik bentuk rupa makhluk yaitu sipat dan kehendak ALLAH/sipat JAMAL ALLAH,apa itu sipat jamal yaitu sipat ALLAH berzikir memuji ke esa an nya semata mata.
_____________________________________
Pada alam langit ke 4 nur muhammad ini bernama asal mula NUR JALAL yaitu nur yang terdiri dari bentu zahir sipat jalal ALLAH yaitu sipat berkehendaknya ALLAH akan makhluknya.
_____________________________________
Pada langit ke 5 nur muhammad ini bernama NUR BAYA PUTIH,nur ini sudah zahir sebenar wujud dalam bentuk dan rupa makhluk,ia sudah bersipat selayaknya makhluk ALLAH awal yaitu menyembah dan menyadari siapa sesembahannya,nur baya putih meneteskan makhluk lainnya berbentuk cahaya makhluk yaitu malaikat dan cahaya alam semesta, pada masa ini nur baya putih sudah menyadari secara utuh bahwa ia kini utuh sebagai makhluk dan ALLAH adalah yang di sembahnya,pada masa ini lah bermulanya semua malaikat dan alam semesta ini berzikir dan menyembah,
_____________________________________
Pada alam langit ke 6 nur muhammad ini bernama asal mula NUR MUHAMMAD,yaitu nur yang di tancapkan oleh malaikat JIBRIL ke dalam jiwa batang badan nabi adam sebagai penyempurnaan dari awal adam di ciptakan,pada alam ke 6 ini nur muhammad telah utuh menjadi sebenar benar makhluk ALLAH yaitu manusia yang bernama ADAM,hampir semua malaiat mengenal malaikat jibril dengan nama malaikat rahmad/ahmad sehingga nur yang begitu sempurna yang ia tancapkan kepada batang badan adam tadi di kenal dengan nama nur muhammad atau nur yang ALLAH serahkan kepada malaikat rahmad untuk di tancapkan kepada adam.
_____________________________________
Adam turun ke muka bumi ini sama saja dengan nur muhammad tadi bermula hidup dan berada di alam bumi yaitu alam langit ke 7,nur muhammad benar benar sudah utuh sebagai modal utama dari hidup manusia pertama itu dalam menjadi khalifah di muka bumi ini,nur yang bernama muhammad dalam batang badan nabi adam ini lah yang sebenar benar khalifah atau penguasa bumi yang ALLAH serahkan kepadanya berbagai sipat quwwata ALLAH itu sendiri,adam adalah manusia tak ber ibu tak ber bapak,adam adalah makhluk YATIM PIATU,nur muhammad yang ada dalam batang badannya ialah selahir senyawa dengannya pula,siti hawa hingga 7 keturunan beliau mengetahui bahwa nur muhammad dalam tubuh nabi adam itu adalah nur yatim piatu jua,nur itu bersipat tunggal dari tuhan yang maha tunggal,hingga sampai pada jaman nabi sulaiman nur yang di tancapkan oleh malaikat rahmad/jibril ini bernama NUR YATIMULLAH,maka oleh itu semua nabi selalu dan rasul selalu menyayangi dan melindungi anak yatim musabab di dalam badan dan jiwa anak yatim yang belum baligh itu terdapat nur muhammad yang tengah masak masaknya,nur muhammad yang tengah masak masaknya ini/berbangun sempurna jika anak yatim itu berdoa maka doa nya di kabulkan ALLAH,jika dia marah maka itu marahnya ALLAH.
_____________________________________
Kami perturunkan syariat membangunkan nur muhammad dalam.batang badan kita masing masing secara sendiri tak perlu bergantung kepada siapapun musabab nur muhammad ini utuh pada hakikatnya dalam setiap makhluk bernyawa dan selama kita tidak meninggalkan sembahyang/menyembah kepada ALLAH maka nur muhammad ini telah kita minta langsung ijazahnya kepada ALLAH semata mata.
_____________________________________
Pertama berwudhuklah,lakukan sembahyang hajat dua rakaat,setelah selesai silahkan di hapalkan SHOLAWAT RUH NUR MUHAMMAD yang biasa di baca oleh nabi sulaiman dalam membangunkan nur muhammad di badan beliau saya pernah Coba bisa juga melafalkan Sholawat Nuridzat
_____________________________________
Teks Sholawat Rûh Nabi adalah sebagai berikut:
Allâhumma sholli ‘alâ rûhi Sayyidinâ Muhammadin fîl arwâhi wa ‘alâ jasadihî fîl ajsâdi wa ‘alâ qobrihî fîl qubûri wa ‘alâ âlihî wa shohbihî wa sallim
Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada ruh Nabi Muhammad saw, diantara semua ruh, kepada jasadnya diantara semua jasad, kepada kuburnya diantara semua kubur, dan limpahkanlah pula rahmat dan keselamatan kepada keluarganya dan sahabatnya.
Para ulama ahli hadits, ahli Alqauran, ahli berjamaah sholat lima waktu, dan juga ahli tahajud mengatakan, “Seorang Muslim, Mukmin, dan Muhsin yang banyak membaca sholawat ini, insyâ Allâh, akan mimpi bertemu dengan Nabi Muhammad saw. Ia juga bisa bermimpi bertemu dengan ibu, bapak, mertua, suami, istrinya yang sudah meninggal.” Bacalah sholawat ini setiap malam, terutama malam jum’at. Saat membacanya sebaiknya dalam keadaan memiliki wudlu dan fejemkan mata biar tdak melihat janda lewat.
____________________________________
Baiklah kali ini saya coba tuliskan sesuai dengan faham atau yg pernah
saya tahu atau belajar baik dengan guru atau dari sumber lain, untuk
referensi silahkan cari artikel lain yg membahas tentang pembangkitan
Nur Muhammad yg saya kira banyak bertebaran di dumay.
Semua alam semesta tercipta awal dari Nur Muhammad termasuk diri kita
jadi pada hakikatnya tanpa dibangunkan kita ini adalah daripada Nur
Muhammad juga karena tidak mungkin bahkan tidak pernah terjadi pohon
pisang berbuah nangka, karena asal kita adalah Nur Muhammad pohonnya
maka kita adalah buahnya yaitu Nur Muhammad juga asalnya secara
hakikat.
_____________________________________
Walau dalam perjalanannya manusia tidaklah sama seperti
pisang ada yg enak, ada yg berbiji, dll begitu pula dengan Nur
Muhammad dalam diri seseorang maka tugas kita menjadikan Nur itu
gemilang dan kemilau dengan cahayanya seperti para waliyullah atau
orang2 yg dipilih Allah karena cahaya ilmu keikhlasan, keimanan dan
ketaqwaan juga cinta mereka.
Kalau kita bukan Nur Muhammad asalnya maka ke manakah kita akan
kembali setelah nafas ini tidak lagi diijinkan oleh Allah berhembus?
Yang tinggal hanya sebujur jasad berbau bangkai biar pun sakti
mandraguna, banyak ilmu, harta, berpangkat, selebritis sekalipun
tetaplah sesosok jenazah yg menanti pengadilan akhirat untuk
pertanggung jawaban atas semua perbuatannya selama di alam dunia.
_____________________________________
Tanah akan kembali ke tanah, Air akan kembali ke air, Angin akan
kembali ke angin dan Api akan kembali ke asalnya pula…sedangkan diri
ini adalah dari/milik Allah (Nur Muhammad sebagai Bapaknya Ruh dan
Nabi Adam AS adalah Bapak Jasad ) yg mana termaktub dalam Alquran dan
tidak asing lagi di telinga kita yaitu “INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI
ROJIUN” ( SESUNGGUH KAMI MILIK ALLAH DAN SESUNGGUHNYA KAMI KEPADA
ALLAH JUGA AKAN PULANG/KEMBALI) yang biasa kita dengar bila ada
musibah atau saudara kita ada yg meninggal.
Apabila kita menyakini diri kita berasal dari Nur Muhammad maka kita
harus bersyahadat dan bersaksi bahwa kita adalah berasal darinya atau
mengaku diri kita ini adalah Nur Muhammad karena merasa buah pisang
maka kita adalah berasal dari pohon pisang bukan dari pohon lain.
_____________________________________
Aplikasinya :
Untuk membangunkan maaf saya tidak pakai istilah itu tapi untuk
membenarkan atau menyatakan diri ini adalah Nur Muhammad asalnya
adalah yaitu:
1x atau 3x, dan nafas ditarik dengan “YAHU” dengan HUU ( panjang baca
dalam hati) kemudian ditahan dan lidah dilekukkan di lelangit.
Kemudian baca di dalam hati :
INNI BIHAQQI MUHAMMADIN ALHAQ QULHAQ ( sesungguhnya diriku adalah
kebesaran wujud NUR MUHAMMAD yang sebenar-benarnya)
waktu keluar nafas baca ALLAHU AKBARsaya tuliskan yg bisa dipakai untuk umum sesuai niat untuk apa yaitu:
_____________________________________
Kita pakai pernafasan perut/dada biasa yaitu saat menarik nafas dengan
menyebut Syahadat gaib, Tarik nafas dari hidung ucapkan dalam hati
“YAHU” dengan “HU” ( panjang) sampai perut/dada penuh tahan dan naikan
lidah dilekukkan di lelangit mulut lalu baca syahadat silahkan pilih
syahadat2 di atas atau yg umum saja “LAA ILAHA ILLALLAH” 11x atau 21x
lalu keraskan perut sedikit setelah itu keluarkan nafas pelan2 dari
mulut…ulangi 3x atau 7x.
_____________________________________
Fungsi:
Insya Allah banyak sekali seperti pagar gaib diri,
membersihkan/menambah aura, dll sesuaikan niat, kalau saya sederhana
saja untuk sekedar mencari ketenangan bathin dan ingin hening bila ada
masalah.
Demikian yg bisa saya tulis dan tidak sedikit pun bermaksud menggurui, Tulisan ini panjang Tapi nikmat dan indah,
kalau ada khilaf salah kata atau bahkan menyinggung dalam tulisan saya
dengan segala kerendahan hati kurang lebihnya mohon dimaafkan.Wallahu
a’lamu bisshowab.

#Rahasia Mencapai Derajat Insan Kamil
Ilmu makrifat in ilmu pengetahuan
Menurut Syekh Siti Jenar, insan kamil atau manusia sempurna adalah mereka yang telah memiliki upaya terus-menerus bagi peningkatan dan pembersihan dirinya, yakni mereka yang telah mampu memisahkan dan melepaskan dirinya dari hal-hal keduniaan. Karena memasuki wilayah kemanunggalan, walaupun dalam interaksi fisik kemanusiaan tidak terlepas sama sekali.
Tujuan pembersihan ini ada dua: pertama, untuk mencapai sifat-sifat Allah. Yakni, bersifat dengan sifat-sifat-Nya yang mulia. Tataran ini mengantarkanpelakunya pada jumbuhing kawula Gusti. Kedua, untuk mencapai Dzat Allah. Yakni, mengenal-Nya melalui ma’rifat dan hakikat yang mengantarkan pelakunya kepada pamoring kawula Gusti.

Pembersihan diri untuk mencapai sifat Allah memerlukan suatu ajaran yang dapat menunjukkan proses pembersihan cermin hati, yakni dengan cara melaksanakan dzikir dan wirid. Terutama tentang asma’ Allah.

Pengertian dzikir dan wirid dalam konteks ini luas. Tidak hanya sekedar dzikir dan wirid dengan bacaan-bacaan tertentu. Dalam hal ini dzikir dan wirid merupakan lelaku rohani yang memasukkan unsur meditasi sebagai bagian terpenting dari ritual rohani tersebut. Sehingga penyebutan dzikir dan wirid otomatis juga memasukkan meditasi di dalamnya.

Lelaku dzikir adalah kunci untuk membuka pintu hati, dan apabila pintu hati telah terbuka, muncullah dari dalamnya pikiran-pikiran yang ‘arif untuk membuka mata hati. Ketika hati telah terbuka, maka akan tampak dan masuklah sifat-sifat Allah melalui mata hati itu, menggugah ketertenggelaman ruh al idhafi kemudian mata hati akan melihat refleksi kasih sayang, kelembutan, keindahan, kebaikan, dan kesempurnaan Allah dalam cermin hati yang bersih dan berkilauan (al-mir’u al-haya’i).

Dzikir akan mengantarkannya kepada nurullah sedangkan seorang mukmin akan melihat dengan nurullah. Dengan daya pancar nurullah itulah seorang mukmin akan menjadi cermin bagi mukmin lainnya. Orang yang berilmu membuat bayangan, tetapi orang ‘arif mengkilaukan cermin hati yang di dalamnya terdapat bayangan hakikat. Apabila mata hati itu bersih berkilauan dan suci, munculah dalam cermin itu berbagai rahasia Allah berupa hakikat yang dicurahkan kepada hati yang bersih berkilauan dan suci.

Apabila cermin hati telah sempurna karena selalu dibersihkan dengan dzikrullah hingga berkilauan, pemilik hati itu akan sampai kepada sifat-sifat Ketuhanan dan mengenal sifat-sifat itu. Hal ini hanya mungkin terjadi bila cermin hati kita telah bersih berkilau.

Sedangkan pembersihan untuk mencapai Dzat Ketuhanan dapat dilakukan dengan cara ber-dzikir dan berkonsentrasi terhadap kalimah tauhid atau kalimah syahadat, dan ini berarti kata kunci dzikir dan wiridnya adalah tentang asma’ Allah. 

Tidak Harus Asma’ “ALLAH”

Sebutan nama “Allah” menujukkan Dzat Illahi, sedangkan yang lain menunjukkan sifat-sifat-Nya. Oleh karenanya penggunaan nama-nama yang diputuskan sebagai dzikir dan wirid utama seseorang, disesuaikan dengan kemampuan dan keadaan spiritual seorang sufi. Dalam beberapa tarekat sering para guru memutuskan nama Allah yang berbeda bagi masing-masing muridnya.

Harus pula dipahami meskipun setiap kali salah satu nama Illahi disebutkan, berarti Allah disebutkan melalui seluruh nama-Nya. Syekh Ni’matualiah menyatakan,” Bagi semua nama Allah Dzat adalah Esa. Maka semua nama sebenarnya hanya satu juga”.

Dalam bahasa Syekh Siti Jenar, asma’ Allah biasa berubah menjadi Gusti, Dzat Maulana, Sang Hyang Widhi, Pangeran, Gusti Allah, dan sebagainya. Menurutnya, nama Tuhan adalah buatan manusia. Dimana Dia disebut sesuai dengan bahasa orang yang menyebut-Nya. Apapun sebutan yang diberikan kepada-Nya, tentu sebutan yang terpuji. Oleh karenanya, seruan do’a dan panggilan untuknya juga beraneka ragam, “Ya Tuhan,,,”, “Ya Allah,,,” , juga “duh Gusti,,, “, dan sejenisnya.

Terdapat 12 dzikir asma’ Allah (tiga diantaranya adalah nama Keesaan, tauhid, Allah) yang sangat utama dan sering digunakan dalam berbagai tarekat.
1. laa ilaaha illallaah (Tidak ada Tuhan selain Allah)
2. Ya Allah (nama Dzat Allah)
3. Ya Huwa (nama Allah yang tanzih)
4. Al-Haqq ( Yang Hakiki)
5. Al Hayy (Yang Hidup)
6. Al Qayyuum (Yang Berdiri Sendiri dan kepada-Nya segala makhluk bergantung)
7. Al Qahhaar (Yang Maha Perkasa Yang Mengatasi seteru-seteru-Nya)
8. Al Wahhaab (Yang Memberikan Tanpa Permintaan atau Dituntut)
9. Al Fattaah (Yang Membuka)
10. Al Waahid (Yang Satu)
11. Al Ahad (Yang Esa)
12. Al Shamad (Yang kepada-Nya Segala Sesuatu Bergantung)

Tujuh asma’ paling awal kadang juga disebut sebagai al-asma’ al-ilahi yang mengacu pada tujuh petala langit (sab’ sama’) dan cahaya-cahaya Illahi (an-waar ilaahi).

Hendaknya nama-nama tersebut didzikirkan dengan hati. Sejalan dengan tujuan utama dzikir-nya, yakni mengingatkan diri tentang kebesaran dan kemahaagungan Allah serta menggambarkan arti nama-nama dan sifat-sifat yang ada dalam dzikir. Peran hatipun akan menjadi dominan. Dengan cara ini, mata hati akan melihat nur tauhid (cahaya Keesaan). Apabila nur Dzat Ketuhanan ter-dzahir-kan atau tertajalli, semua sifat kebendaan atau fisik akan hilang musnah. Semua yang ada menjadi kosong belaka. Inilah kesadaran dimana semua perkara menjadi fana’. Tajalli atau pen-dzahir-an nur Ketuhanan ini memadamkan semua cahaya yang lain. “Setiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah,” (QS Al-Qashash/28:88). “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki, dan menetapkan apa yang Dia kehendaki,” (QS Al-Ra’d/13:39).

Ketika semua telah lenyap, yakni fana’ dihadirat Allah, yang tertinggal hanya Ruh Suci (Ruh al Quddus). Ia melihat dengan Nur Allah. Ia melihat Allah, Allah melihat dia. Ia melihat dengan Allah, ia melihat dalam Allah, ia melihat untuk Allah. Tidak ada bayangan dan tidak ada yang menyerupai Allah. La ilaha illa Allah, la ilaha illa Ana.

Satu yang tertinggal dan mutlak, yakni Nur Suci, sang Ingsun Sejati. Suati karunia yang tinggi yang diberikan kepada orang yang utama. Tidak ada yang ingin diketahuinya pada tingkat ini. Inilah puncak yang dapat dicapai manusia ketika berada di alam fana’ ini. Tidak ada lagi apa pun, kecuali Allah. Dan tidak ada lagi siapa dan apa pun yang menjadi celah diantaranya dengan Allah.

Dan semua itu merupakan kesadaran rohani yang sangat dalam artinya. Hasil dari mengenang dan memusatkan renungan hati pada maksud dan pengertian batin dari sifat dan asma’ Allah. Dalam dirinya kini hanya tinggal kebaikan yang dipenuhi kesyukuran, husn al-dzan, serta ketinggian himmah terhadap Allah. Bahkan terhadap kenikmatan pun ia menjadi lupa, karena sudah terlalu asyik dengan Allah. Dia juga tidak ingat lagi dengan segala bahaya dan bencana, karena sibuk dengan Allah, Ma’iyyatullah. Dan pada dirinyalah terletak banyak karamah yang setiap saat dapat muncul anugerah Allah kepadanya. Itulah keadaan sang insan kamil, auliya’ Allah.

 Dalam penempuhan jalan rohani terdapat dua golongan besar: golongan yang lebih memperbanyak dan memperhatikan dzikir disertai dengan ilmu, dan golongan yang memperbanyak serta menekuni ilmu disertai dengan dzikir. Kedua golongan tersebut sama-sama mampu mencapai tujuan akhir dengan ijin Allah.
Kedua golongan itu selalu ada disetiap zaman, karena umumnya manusia terbagi menjadi dua tipe. Pertama, mereka yang memiliki kecintaan yang sangat pada ilmu dan kemampuannya melakukan amal juga ada. Kedua, mereka yang memiliki kemampuan terbatas dalam menekuni ilmu namun kegigihannya melakukan ibadah, amal dan dzikir sangat besar. Jalan yang bisa ditempuh oleh manusia golongan kedua adalah memperbanyak dzikir, tapi juga harus disertai dengan ilmu. Sedangkan bagi tipe pertama, jalan yang ditempuh adalah ilmu yang harus dibarengi dengan dzikir.

#MAKRIFAT NUR MUHAMMAD DAN CARA MEMBANGKITKAN NUR MUHAMMAD BATANG TUBUH MAKRIFAT NUR MUHAMMAD DAN CARA MEMBANGKITKAN NUR MUHAMMAD BATANG TUBUH

Bismillahirrohmanirrohim… assalamualaikum wahai sahabatku di manapun berada semoga selalu dirahmati Allah tuhan segenap raya, dalam kesempatan kali ini akan saya babarkan dan saya perkenalkan nur muhammad dan siapa itu nur muhammad, bagaimana terciptanya dan apa nama nur muhammad sebelum bernama nur muhammad, akan saya tulis di sini secara lengkap insyaallah
Hasil kajian untuk nur muhammad
penciptaan nur muhammad berawal dari dzat wajibal wujud (Allah) yang masih tersembunyi,tidak di kenal, tidak diketahui,dan belum ada yang menyembah, dzat wajibal wujud (Allah) adalah sosok yang menzahirkan dzat nya sendiri dan ketika itu belum ada sesuatu apapun (waktu,masa,tempat,ruang,agyar) hanya diriNYA sendiri tiada yang lain, ketika itu dzat wajibal wujud (Allah) 
_____________________________________
berfirman “aku adalah bagai istana yang tersembunyi tiada yang mengetahui dan tiada yang mengenal,maka aku membuat sesuatu yang lain agar aku bisa dikenal”
_____________________________________
dari firman ini Allah teringin menciptakan sesuatu yang selain dirinya (kala itu Allah belum bernama Allah), maka Allah bertajalli dan terjadilah A’YAN KHORJIAH ketika itu Allah dzat wajibal wujud bernama AH (alif , ha’) lalu Allah bertajalli lagi dan muncullah A’YAN TSABITAH,ketika itu allah dzat wajibal wujud bernama HU (ha’ , waw) kemudian Allah bertajalli lagi dan terciptalah NUR MUHAMMAD, ketika itu lah dia dzat wajibal wujud bernama Allah, maka sekarang terciptalah sesuatu selain diriNYA yaitu ruang,waktu,tempat,dan makhluk yang baru tercipta yaitu nur yang orang orang sekarang disebut nur muhammad, kala itu nur muhammad belumlah bernama nur muhammad
_____________________________________
ketika Allah hendak membuat dzat yang selain diriNYA untuk supaya dzat baru tersebut mengenal Allah, maka Allah mengambil segenggam dari nur sifat jamalNYA, lalu segenggam nur sifat jamalnya itu di genggam dan Allah berkata kepada segenggam nurNYA itu “KUNHI MUHAMMADAN” lalu terciptalah dzat baru yaitu nur yang bernama muhammad, di alam ZATUL BUHTI itu hanyalah ada dua dzat saja yaitu Allah dan nur muhammad, keduanya serupa indah namun tak sama,tak sama namun serupa, ketika nur muhammad baru tercipta maka nur muhammad terpukau kagum dengan nur dzat yang ada didepanya itu yaitu nur dzatnya Allah, saking terpukaunya maka nur muhammad berkata :
_____________________________________
“ALLAH HUMMA” itulah kata kata pertama nur muhammad sekaligus kata yang pertama sekali terucap oleh makhluk yang paling pertama di alam raya, nur muhammad berkata ALLAH HUMMA karena terpukau dengan keindahan nur dzat nya Allah yang ada didepannya itu, karena nur muhammad merasa teramat sama nurnya dengan nur Allah yang ada didepannya (nur Allah) maka nur muhammad berkata “siapa tuhan dan siapa hamba? 
_____________________________________
” maka Allah menjawab kata kata nur muhammad tadi “dimanapun aku sembunyi maka kau tak akan dapat menemukan aku tanpa petunjukku dan dimanapun kau sembunyi aku akan tetap menemukanmu karena kau dari aku ” lalu nur muhammad menjawab ” kau tuhan dan aku hamba” lalu Allah berkata “aku ada karena kau ada dan kau ada karena aku ada”
_____________________________________
lalu Allah berkata DZOHIRU ROBBI WAL BATHINU ABDI “yang telah zahir adalah tuhan dan yang masih bathin adalah hamba (muhammad)” dan nur muhammad menjawab ILLALLAH HU ALLAH HUWA RUHUM “hanya Allah dialah Allah yang penyayang (itulah kalimah bathin nur muhammad) lalu Allah berkata “alastu birobbikum” bukankah aku tuhanmu? lalu nur muhammad menjawab “bala warobbuna laillah haillallah” iya kau tuhanku la ilaha illallah, lalu nur muhammad bersaksi HU DZATULLAH ASYHADU ALLA ILAHA ILLALLAH “dialah dzat allah aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang maujud melainkan hanya Allah” itulah yang memisahkan mana nur Allah dan nur muhammad, dan Allah menjawab kesaksiannya WA ASYHADU ANNA MUHAMMADARRASULULLAH “dan saya(Allah) bersaksi bahwa muhammad rasul Allah, dari sinilah pertama kalinya Allah meresmikan bahwa nur muhammad adalah rasul (itulah dua kalimah syahadat diri nur muhammad/syahadat nur muhammad, kemudian nur muhammad mengucapkan la ilaha illallah muhammad wujudullah, la ilaha illallah nuri haqqullah la ilaha illallah muhammad astagfirullah xxxxxxxxxxxxx (itulah 3 kalimah tauhid yang diucapkan nur muhammad lalu dilanjutkan dengan sholawat semula jadi nur muhammad yang saya clossed itu, itulah induk dari segala sholawat yang effect nya memancarkan aura nur muhammad)

Tata Cara Pengamalannya :
Bacalalah Dzikir nur yg awal ini :
1. LAA ILAHA ILLALLAH MUHAMMAD WUJUDULLAH
2. LAA ILAHA ILLALLAH NUR HAQQULLAH
3. LAA ILAHA ILLALLAH MUHAMMAD ASTGHFIRULLAH.
4. ( sholawat Nur Muhammad ” Kun Sholli Ala Muhammad ” )

Ingat :
– ketika membaca zikir yang pertama lihat tubuh anda dan maqomkan atau tempatkan zikir itu di tubuh anda
– ketika membaca zikir yang kedua, maqomkan atau tempatkan di batin anda
– ketika membaca zikir yang ketiga usahakan ingat kesalahan dan dosa dosa anda
– ketika membaca sholawat nur ini isilah dengan hajat anda.
– lakukan sesering mungkin dalam keadaan suci sampai anda merasa ada getaran di tubuh anda. Jika sudah ada getaran itu pertanda nur muhammad anda sudah aktif. Ketika nur muhammad sudah aktif zikir ini bisa anda gunakan dalam berbagai kebutuhan-kebutuhan.

Terima kasih

Kamis, 10 Juni 2021

tahlilan khotam Quran

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ١- الْفَاتِحَةَ إِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَ عَلَى أٰلِهِ وَ أَزْوَاجِهِ وَ ذُرِّيَّاتِهِ وَ أَهْلِ بَيْتِهِ وَ أَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. شَيْءٌ لِهِ۫حَ لَهُمُ الْفَاتِحَةْ. ۲- ثُمَّ إِلَى حَضَرَاتِ جَمِيْعِ اِخْوَانِهِ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَ الشُّهَدَاءِ وَ الصَّالِحِيْنَ وَالْعُلَمَاءِ الْمُجْتَهِدِيْنَ وَ مُقَلِّدِيْهِمِ فِى الدِّيْنِ وَ الْمُصَنِّفِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَ المُجَاهِدِيْنَ فِى سَبِيْلِ اللهِ وَ جَمِيْعِ أَوْلِيَاءِ اللهِ الْكِرَامِ خُصُوْصًا سُلْطَانَ الْأَوْلِيَاءِ سَيِّدَنَا الشَّيْخَ عَبْدَ الْقَادِرِ اَلْجَيْلاَنِيِّ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ الْعَزِيْزَ.شَيْءٌ لِهَِ۫ا لَهُمُ الْفَاتِحَةْ. ۳-ثُمَّ إِلَى جَمِيْعِ أَهْلِ الْقُبُوْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ مِنْ مَشَارِقِ الْأَرْضِ وإِلَى مَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَ بَحْرِهَا خُصُوْصًا ا۫بَاءَنَا وَ أُمَّهَاتِنَا وَ أَجْدَادِنَا وَ جَدَّاتِنَا وَ أَعْمَامِنَا وَ عَمَّاتِنَا وَ أَخْوَالِنَا وَ خَالَاتِنَا وَ نَخُصُّ خُصُوْصًا مَنِ اجْتَمَعْنَاه۫هُنَا بِسَبَبِهِ وَ لِأَجْلِهِ .... (sebutkan ahli kubur dimaksud) لَهُمُ الْفَاتِحَةْ. ٤- ثُمَّ الْفَاتِحَةَ بِنِيَّةِ الْقَبُوْلِ وَالْوُصُوْلِ وَ حُصُوْلِ تَمَامِ كُلِّ سُوْلٍ وَ مَاْمُوْلٍ وَصَلاَحِ الشَّأْنِ ظَاهِرًا وَ بَاطِنًا فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالْأۤخِرَةِ دَافِعَةً لِكُلِّ شَرٍّ جَالِبَةً لِكُلِّ خَيْرٍلَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِأَوْلَادِنَا وَلِأَحْبَابِنَا وَمَشَايِخِنَا فِى الدِّيْنِ مَعَ اللُّطْفِ وَالْعَافِيَةِ وَ عَلَى نِيَّةٍ اَنَّ اللهَ يُنَوِّرُ قُلُوْبَنَا وَ قَوَالِبَنَا مَعَ التُّقَى وَالْهُدَى وَالْعَفَافِ وَالْمَوْتِ عَلَى دِيْنِ الْٳِسْلاَمِ بِلاَ مِحْنَةٍ وَلاَ امْتِحَانٍ بِجَاهِ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانٍ جَامِعَةً لِكُلِّ نِيَّةٍ صَالِحَةٍ وَزِيَادَةً وَمَحَبَّةً فِيْ شَرَفِ الْحَبِيْبِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ اٰلِهِ وَسَلَّمَ. الْفَاتِحَةْ.   ﴿لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ اَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. وَالضُّحَى وَالَّيْلِ اِذَا سَجَى...الخ ﴿لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ اَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صّدْرَكَ...الخ ﴿لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ اَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُوْنِ...الخ ﴿لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ اَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اِقْرَأْ بِسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ...الخ ﴿لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ اَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ...الخ ﴿لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ اَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. لَمْ يَكُنِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا...الخ ﴿لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ...الخ ﴿لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ اَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا...الخ ﴿لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ اَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اَلْقَارِعَةُ * مَاالْقَارِعَةُ...الخ ﴿لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ اَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اَلْهٰىكُمُ التَّكَاثُرُ...الخ ﴿لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ اَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. وَالْعَصْرِ...الخ ﴿لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ اَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ...الخ ﴿لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ اَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيْلِ...الخ ﴿لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ اَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. لِٳِيْلاَفِ قُرَيْشٍ...الخ ﴿لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ اَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اَرَأَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِ...الخ ﴿لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ اَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ...الخ ﴿لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ اَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ يٰٓا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ...الخ ﴿لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ اَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اِذَا جَٓاءَ نَصْرُ اللهِ وَالْفَتْحُ...الخ ﴿لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ اَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. تَبَّتْ يَدَٓا أَبِيْ لَهَبٍ...الخ ﴿لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ اَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ هُوَاللهُ أَحَدٌ...الخ ﴿لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ اَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ...الخ ﴿لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ اَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ...الخ ﴿لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ اَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اَلْفَاتِحَة...الخ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. الۤمۤ (۱) ذ۫لِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيْهِ هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ (۲) اَلَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلاَةَ وَ مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُوْنَ (۳) وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَا أُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَ بِالْأۤخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَ (٤) اُولۤئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَّبِّهِمْ وَاُولۤئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ (۵). وَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ، لاَاِلٰهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمٰنُ الرَّحِيْمُ (۱٦٣).   اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ. لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗوَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ. اَللّٰهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ إِلَى النُّوْرِۗ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَوْلِيَاۤؤُهُمُ الطَّاغُوْتُ يُخْرِجُوْنَهُمْ مِّنَ النُّوْرِ إِلَى الظُّلُمٰتِۗ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ.   لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْأَرْضِ وَاِنْ تُبْدُوْا مَا فِى أَنْفُسِكُمْ اَوْتُخْفُوْهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللهُ، فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَ يُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ ۗ وَاِنْ تُبْدُوْا مَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اَوْ تُخْفُوْهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللّٰهُ ۗ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ ۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ. لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ.   يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اِرْحًمْنَا (×٣) وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ اِنَّهُ حَمِيْدٌ مَّجِيْدٌ اِنَّمَا يُرِيْدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا، اِنَّ اللهَ وَ مَلٰۤئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ يُسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ أَفْضَلَ صَلَاةٍ عَلَى أَسْعَدِ مَخْلُوْقَاتِكَ نُوْرِ الهُدَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى أٰلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلِّمْ عَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ وَ غَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ أَفْضَلَ صَلَاةٍ عَلَى أَسْعَدِ مَخْلُوْقَاتِكَ شَمْسِ الضُّحَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى أٰلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلِّمْ عَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ وَ غَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ أَفْضَلَ صَلَاةٍ عَلَى أَسْعَدِ مَخْلُوْقَاتِكَ بَدْرِ الدُّجَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى أٰلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلِّمْ عَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ وَ غَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ. وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَنْ سَادَاتِنَا أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ، وَحَسْبُنَا اللهُ وَ نِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَ نِعْمَ النَّصِيْرُ وَ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ ×٣ اَلَّذِيْ لاَاِلٰهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَ أَتُوْبُ إِلَيْهِ. أَفْضَلُ الذِّكْرِ فَاعْلَمْ أَنَّهُ لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ (حَيٌّ مَوْجُوْدٌ) لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ (حَيٌّ مَعْبُوْدٌ) لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ (حَيٌّ بَاقٍ) لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ ×٤۰ \ × ٥٠ لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ اٰلِهِ وَسَلَّمَ وَ شَرَّفَ وَ كَرَّمَ وَ مَجَّدَ وَ عَظَّمَ، وَ رَضِيَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ الطَّاهِرِيْنَ وَأَصْحَابِهِ الْأَكْرَمِيْنَ، وَأَزْوَاجَهِ الطَّاهِرَاتِ، أُمَّهَاتِ الْمُؤِمِنِيْنَ، وَ رَضِيَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَنَّا مَعَهُمْ وَ فِيْهِمْ بِرَحْمَتِكَ (يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ ×٣). لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ (×۲) لاَاِلٰهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ اٰلِهِ وَسَلَّمَ اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ،اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَ سَلِّمْ (×۲) اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، يَارَبِّ صَلِّ عَلَيْهِ وَ سَلِّمْ سُبْحَانَ اللهِ وَ بِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ (×۷) سُبْحَانَ اللهِ وَ بِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ وَ بِحَمْدِهِ اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى حَبِيْبِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى أٰلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلِّمْ (×۲) اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى حَبِيْبِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى أٰلِهِ وَ صَحْبِهِ وَبَارِكْ وَ سَلِّمْ أَجْمَعِيْنَ. اَلْفَاتِحَةَ و سورة الٳخلاص (×٣) وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ (سورة الفلق و الناس) وَ سُوْرَةَ الْبَقَرَةِ ١- ٥ (الـم... إلى... هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ). دُعَاء.   Doa Khataman Al-Qur’an   بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ، اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَمْدَ الشَّاكِرِيْنَ، حَمْدَ النَّاعِمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَ يُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَ عَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. سًبْحَانَكَ يَارَبَّنَا لَا نُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ، فَلَكَ الْحَمْدُ حَتَّى تَرْضَى وَلَكَ الْحَمْدُ قَبْلَ الرِّضَا، وَلَكَ الْحَمْدُ بَعْدَ الرِّضَا وَلَكَ الْحَمْدُ اِذَا رَضِيْتَ عَنَّا دَائِمًا أَبَدًا يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ بِرَحْمَتِكَ ( يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ ×٣).  اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَ عَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ الْأَهْوَالِ وَالْاٰفَاتِ وَ تَقْضِيْ لَنَا بِهَا جَمِيْعَ الْحَاجَاتِ وَ تُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ وَ تَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ أَعْلَى الدَّرَجَاتِ وَ تُبَلِّغُنَابِهَا أَقْصَى الْغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الْخَيْرَاتِ فِي الْحَيَاةِ وَ بَعْدَ الْمَمَاتِ اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اَللّٰهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ. وَاهْدِنَا وَوَفِّقْنَا إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيْقٍ مًسْتقِيْمٍ بِبَرْكَةِ خَتْمِ الْقُرْاۤنِ الْعَظِيْمِ وَبِحُرْمَةِ حَبِيْبِكَ وَرَسُوْلِكَ الْكَرِيْمِ، وَاعْفُ عَنَّا يَا كَرِيْمُ وَاعْفُ عَنَّا يَا رَحِيْمُ. وَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَ ذُنُوْبَ وَالِدِيْنَا وَمَشَايِخِنَا بِفَضْلِكَ وَ كَرَمِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْنَ وَ (يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ ×٣).  اَللّٰهُمَّ زَيِّنَّـــــا بِزِيْنَةِ خَتْمِ الْقُرْاۤنِ وَأَكْرِمْنَا بِكَرَامَةِ خَتْمِ الْقُرْاۤنِ وَشَرِّفْنَا بِشَرَافَةِ خَتْمِ الْقُرْاۤنِ وَأَلْبِسْنَا بِخِلْعَةِ خَتْمِ الْقُرْاۤنِ وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ بِشَفَاعَةِ الْقُرْاۤنِ وَ عَافِنَا مِنْ كُلِّ بَلَاءِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الْآخِرَةِ بِحُرْمَةِ خَتْمِ الْقُرْاۤنِ وَارْحَمْ جَمِيْعَ اُمَّةِ مُحَمَّدٍ بِحُرْمَةِ الْقُرْاۤنِ. اَللّٰهُمَّ اجْعَلِ الْقُرْاۤنَ لَنَا فِي الدُّنْيَا قَرِيْنًا وَفِي الْقَبْرِ مُونِسًا وَفِي الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا وَعَلَى الصِّرَاطِ نُوْرًا وَإِلَى الْجَنَّةِ رَفِيْقًا وَمِنَ النَّارِ سِتْرًا وَحِجَــــابًا وَ إِلَى الْخَيْرَاتِ دَلِيْلًا وَ اِمَامًا بِفَضْلِكَ وَجُوْدِكَ وَ كَرَمِكَ (يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ ×٣).  اَللّٰهُمَّ اشْرَحْ بِالْقُرْاۤنِ الْعَظِيْمِ صُدُوْرَنَا وَ يَسِّرْ بِهِ أُمُوْرَنَا وَ عَظِّمْ بِهِ أُجُوْرَنَا وَحَسِّنْ بِهِ أَخْلَاقَنَا وَوَسِّعْ بِهِ أَرْزَاقَنَا وَنَوِّرْ بِهِ قُبُوْرَنَا يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. أَثْبِتْنَا اَللّٰهُمَّ عَلَى قِرَائَتِنَا هٰذِهِ (وَقِرَائَةِ مَنْ قَرَأَهَا وَ أَنْتَ أَعْلَمُ بِأَسْمَائِهِمْ) ثَوَابًا جَزِيْلًا وَ أَجْرًا عَظِيْمًا وَ تَقَبَّلْهَا مِنَّا وَمِنْهُمْ بِمَنِّكَ وَ إِحْسَانِكَ قَبُوْلًا حَسَنًا مُبَارَكًا جَمِيْلًا. اَللّٰهُمَّ تَقَبَّلْ وَ أَوْصِلْ ثَوَابَ مَا قَرَأْنَاهُ وَ بَرَكَةَ مَا تَلَوْنَاهُ مِنَ الْقُرْاۤنِ الْعَظِيْمِ، وَمَا هَلَّلْنَاهُ وَمَا سَبَّحْنَاهُ وَمَا اسْتَغْفَرْنَاهُ وَمَا صَلَّيْنَاهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَدِيَّةً وَاصِلَةً وَ رَحْمَةً نَازِلَةً وَ بَرَكَةً شَامِلَةً نُقَدِّمُهَا وَ نَهْدِيْهَا إِلَى حَضَرَةِ حَبِيْبِنَا وَ شَفِيْعِنَا وَقُرَّةِ أَعْيُنِنَا سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ إِلَى أَرْوَاحِ اٰبَائِهِ وَ إِخْوَانِهِ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَإِلَى مَلاَئِكَةِ اللهِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَ الْكَرُوْبِيِّيْنَ ثُمَّ إِلَى أَرْوَاحِ سَادَاتِنَا أَبِيْ بَكْرٍ وَ عُمَرَ وَ عُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَ إِلَى بَاقِيَةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بإحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. ثُمَّ إِلَى اَرْوَاحِ الْأَرْبَعَةِ الْأَئِمَّةِ الْمُجْتَهِدِيْنَ وَمُقَلِّدِيْهِمِ فِي الدِّيْنِ وَ الْمُصَنِّفِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَ الشُّهَدَاءِ وَ الصَّالِحِيْنَ وَ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِ اللهِ وَ إِلَى أَرْوَاحِ جَمِيْعِ أَوْلِيَاءِ اللهِ الْكِرَامِ فِي مَشَارِقِ الْأَرْضِ وَ مَغَارِبِهَا حَيْثُ كَانُوْا وَ كَانَ الْكَائِنُ مِنْهُمْ فِي عِلْمِكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ خُصُوْصًا سُلْطَانَ الْأَوْلِيَاءِ سَيِّدَنَا الشَّيْخَ عَبْدَ الْقَادِرِ اَلْجَيْلاَنِيِّ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ الْعَزِيْزَ. ثُمَّ إِلَى أَرْوَاحِ أَهْلِ الْمَعْلَى وَ الشُّبَيْكَةِ وَالْبَقِيْعِ وَ أَمْوَاتِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ اٰلِهِ وَسَلَّمَ فِيْ مَشَارِقِ الْأَرْضِ وإِلَى مَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَ بَحْرِهَا خُصُوْصًا اٰبَاءَنَا وَ أُمَّهَاتِنَا وَ أَجْدَادِنَا وَ جَدَّاتِنَا وَ أَعْمَامِنَا وَ عَمَّاتِنَا وَ أَخْوَالِنَا وَ خَالَاتِنَا وَ نَخُصُّ خُصُوْصًا مَنِ اجْتَمَعْنَا هٰهُنَا بِسَبَبِهِ وَ لِأَجْلِهِ .... (sebutkan ahli kubur dimaksud) أَوْصِلِ اللّٰهُمَّ ثَوَابَ ذٰلِكَ إِلَيْهِمْ وَاجْعَلْهُ نُوْرًا يَتَلَأْلَأُ بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَتَعَطَّفِ اللّٰهُمَّ بِرَحْمَتِكَ عَلَيْهِمْ وَارْحَمْهُمْ بِالْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ رَحْمَةً وَاسِعَةً وَاغْفِرْلَهُمْ مَغْفِرَةً جَامِعَةً يَامَالِكَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَعَافِهِمْ وَاعْفُ عَنْهُمْ وَ أَكْرِمْ نُزُوْلَهُمْ وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُمْ وَاجْعَلِ اَللّٰهُمَّ ثَوَابًا مِثْلَ ثَوَابِ ذٰلِكَ فِيْ صَحَائِفِنَا وَصَحَائِفِ وَالِدِيْنَ وَالسَّادَاتِ الْحَاضِرِيْنَ وَوَالِدِيْهِمْ عُمَّ الْجَمِيْعَ بِالرَّحْمَةِ وَالرِّضْوَانِ. وَأَدْخِلْهُمْ فيْ فَسِيْحِ الْجِنَانِ يَاحَنَّانُ يَا مَنَّانُ يَا بَدِيْعَ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْٳِكْرَامِ. اَللّٰهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا فِي مَقَامِنَا هٰذَا ذَنْبًا إِلَّا غَفَرْتَهُ وَلاَ عَيْبًا  إِلَّا سَتَرْتَهُ وَلاَهَمًّا  إِلَّا فَرَّجْتَهُ وَلَا كَرْبًا  إِلَّا كَشَفْتَهُ وَلاَ دَيْنًا  إِلَّا قَضَيْتَهُ وَلاَ جَاهِلاً  إِلَّا عَلَّمْتَهُ وَ لاَمَرَضًا  إِلَّا شَفَيْتَهُ وَلَاعَدُوًّا إِلَّا خَذَلْتَهُ وَلَا غَائِبًا إِلَّا رَدَدْتَهُ وَلاَ حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ  إِلَّا قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هٰذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا وَ اجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا وَلاَتَجْعَلِ اللّٰهُمَّ فِيْنَا وَلاَ مِنَّا وَلاَ مَعَنَا وَلاَ مَنْ يَتْبَعُنَا شَقِيًّا وَلاَ مَطْرُوْدًا وَلاَ مَحْرُوْمًا بِرَحْمَتِكَ (يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ×٣).  اَللّٰهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا اَللّٰهُمَّ فِي الْأُمُوْرِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَ عَذَابِ الْآخِرَةِ. اَللّٰهُمَّ اِنَّكَ تَعْلَمُ سِرِّيْ وَ عَلاَنِيَتِيْ فَاقْبَلْ مَعْذِرَتِيْ وَ تَعْلَمُ حَاجَتِيْ فَاعْطِنِيْ سُؤَالِيْ وَ تَعْلَمُ مَا فِيْ نَفْسِيْ فَاغْفِرْ لِيْ ذُنُوْبِيْ فَٳِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ  إِلَّا أَنْتَ. اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَسْئَلُكَ إِيْمَانًا دَائِمًا يُبَــــاشِرُ قَلْبِيْ وَيَقِيْنًا صَادِقًا حَتَّى أَعْلَمَ اَنَّهُ لَنْ يُصِيْبَنِيْ  إِلَّا مَا كَتَبْتَهُ عَلَيَّ وَ أَرْضِنِيْ بِمَا قَسَمْتَهُ لِيْ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْأٰخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اٰلِهِ وَ صَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَ الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، نَسْئَلُكَ الْإِجَابَةَ بِسِرِّ الْفَاتِحَةِ.

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/120235/tata-cara-khataman-al-qur-an--susunan-bacaan-dan-doa
===

prabu Siliwangi

PRABU SILIWANGI Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi (Ratu Jayadewata) mengawali pemerintahan zaman Pasundan, yang memerintah selama 39 ...